Teysya tidak bergeming. Tatapannya tetap menusuk lurus ke arah Jehan, sedingin kaca namun setajam bilah pisau yang baru diasah. Suaranya tenang, tapi setiap katanya membawa bobot yang tidak bisa diabaikan. "Tapi kamu tidak bertindak seperti orang yang mencintai," ucapnya lirih tapi jelas, setiap kata bagai hantaman kecil yang perlahan mengikis pertahanan Jehan. "Kamu malah membuat surat perjanjian yang menjebak dia dalam tanggung jawab orang lain. Kalau kamu tahu Elle mengalami cedera, kenapa kamu tidak pulang saat dia kecelakaan? Kenapa kamu biarkan semuanya berjalan seperti itu?" Jehan tertegun. Untuk sesaat, udara di ruangan itu terasa menggumpal, menekan d**a. Matanya membulat sedikit, nyaris tidak percaya pada pertanyaan yang baru saja ia dengar. "Saat itu aku masih di Jerman," kata

