101. Pelukan Yang di Rindukan

1109 Kata

Cukup lama Jevian menangis dalam pelukan Jehan. Tangisnya bukan yang meledak pecah, melainkan yang pelan, yang hanya terdengar dari getaran napas dan sesekali cegukan kecil. Jehan tidak berkata apa-apa, ia hanya memeluk, mengusap punggung kecil itu, memberi ruang agar Jevian tidak merasa sendirian dalam rasa yang bahkan mungkin belum bisa ia mengerti sepenuhnya. Getaran lembut di saku Jehan memecah keheningan. Nada dering itu terdengar terlalu keras di tengah suasana seperti ini. Jehan meraih ponselnya dengan satu tangan, sementara tangan satunya tetap memeluk Jevian. "Sebentar," ucap Jehan singkat setelah mengangkat telponnya. Suaranya tenang, tapi tegas. "Jevi ingin ikut turun ke bawah. Dia lagi pipis, jadi agak lama. Tunggu sebentar." Tanpa memberi ruang untuk bantahan, Jehan langsun

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN