Harven ingat jelas bagaimana beberapa saat lalu, tepat ketika ia baru saja tiba di depan rumah mertuanya, Rielle menyebut bahwa Jehan-lah yang memanggilkan dokter untuk ayahnya. Sebuah tindakan yang di permukaan tampak mulia, tindakan yang tentu akan membuat orang tua Rielle menaruh hormat dan rasa terima kasih. Namun bagi Harven, sikap itu bukan hanya sekadar kebaikan. Ia bisa membaca lebih dalam, Jehan sedang membangun citra, sedang menenun kepalsuan yang tampak sempurna di mata mertuanya. Dan itu tidak bisa ia biarkan. Ia sudah terlalu lama menelan rasa getir. Cukup sudah Harven mengalah, cukup sudah ia menunduk saat di kampus harus menyaksikan istrinya diperlakukan seolah bukan siapa-siapa. Bahkan ketika pagi tadi ia mendengar kabar yang membuat darahnya mendidih, bahwa Jehan dengan e

