Senyum sumringah penuh kelegaan menghiasi wajah cantik Elya saat matanya melihat gerobak Es Puter Jadul milik Syarif masih beroperasi di sana. Memang jam tangan cantik di tangan Elya masih menunjukkan pukul tujuh malam, jadi wajar saja bila saat ini Syarif masih berdagang mengumpulkan pundi-pundi rupiah di tengah kehangatan malam di alun-alun kota. “Syarif!” sapa Elya dengan semangat empat-lima. Rupanya Elya sudah tidak bisa lagi menahan dirinya. Bila tangan Dana tidak menggenggam erat tangannya, sudah dapat dipastikan saat ini Elya telah berdiri di hadapan Syarif. Jujur saja, sebagai wanita yang normal—Elya terkesima dengan penampilan Syarif. Bahkan malam sampai tidak sanggup menyembunyikan ketampanan Syarif. Elya pastikan, Syarif merupakan satu-satunya penjual Es Puter Jadul tertampa

