Ghibran melajukan mobilnya dengan santai membelah jalan raya yang sudah mulai sepi malam ini. Maklum, jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Dirinya harus berperang dengan rasa lelah dan hawa dingin hanya untuk mengikuti permainan Embun. Yaa, Ghibran menyebut ini merupakan permainan Embun yang melibatkan Kanaya. Jika sudah begini, Ghibran juga harus ikut bermain di dalamnya. "Ayah, bisa tidak sedikit kencang?" lirih Kanaya dengan raut wajah takut. Ghibran paham, sebenarnya Kanaya menyadari laju mobil yang dikemudikan olehnya terlalu lambat. Ini berbeda dari biasanya. Makanya Kanaya memberanikan diri untuk membuka suara, walau sedikit takut ayahnya akan marah lagi seperti di rumah tadi. Ghibran melirik Kanaya sekilas dan melempar balik dengan sebuah pertanyaan, "Kenapa Kanaya

