Di malam yang sunyi, bertemankan cahaya remang-remang, Elya masih terjaga. Kejadian malam ini membuatnya kesulitan untuk tidur. Padahal obat dari rasa lelah setelah seharian memantau ELDAN’s Chocolate dan mengurus Digda adalah tidur. Tetapi isi kepala Elya justru berisik, sehingga tidak bisa menggapai mimpi dengan tenang seperti biasanya. Di sampingnya, Dana yang berbaring juga sejak tadi tidak menunjukkan tanda-tanda masih terjaga. Elya berpikir, suaminya itu telah terlelap. Terbuai dalam mimpinya. Namun, anggapan Elya itu salah saat merasakan pergerakan tangan besar Dana yang tiba-tiba memeluk tubuhnya. Merapatkan tubuh mereka dalam pelukan hangat penuh cinta. “Kamu belum tidur, Mas?” tanya Elya membuka perbincangan. Dari jarak yang dekat ini, Elya dapat melihat wajah tampan Dana di

