Selama rapat berlangsung. Namira sesekali melirik ke samping. Dimana duduklah seorang pria yang menghabiskan waktunya hanya untuk menghadiri rapat putranya. Sebagai wanita, bolehkah ia merasa sedang diberi sebuah harapan? Masalahnya, pria ini serius atau sekadar penasaran dengan hidupnya yang selama ini hampa tanpa kehadiran sang suami di sisinya. Hal itu masih menjadi tanda tanya besar dalam kepala Namira. Kepergok tengah melirik, Syahrizal mengulas senyum tipisnya. Lirih ia menegur Namira, “Saya duduk tepat di samping kamu. Kamu dapat dengan mudah menoleh. Tidak perlu melirik. Saya takut mata kamu tidak bisa kembali seperti sediakala karena keseringan melirik.” Namira hanya mendengkus. Ia mencoba fokus pada penjelasan kepala sekolah di depan sana. Namun sialnya selama rapat berlangsun

