Keesokan Harinya, di kampus … Langit sore di Fakultas Pendidikan berwarna oranye pucat, seperti sisa kenangan yang enggan padam. Liora berjalan cepat melewati koridor luar. Tapi tepat ketika ia hampir mencapai gerbang utama, sebuah siluet berdiri di dekat pagar besi. Zayne berdiri bersandar di mobilnya. Hoodie abu gelap dan celana jeans santai, tapi mata itu … tetap sama. Mata yang dulu ia cintai habis-habisan. “Sayang …” suara Zayne serak, pelan, hampir bergetar. “Tunggu sebentar.” Liora menengok sekilas. “Jangan panggil aku ‘sayang’.” Zayne menelan ludah, tapi tetap melangkah mengikuti dari samping. “Aku tahu kamu benci aku sekarang. Dan aku pantas dibenci. Tapi izinkan aku … tebus semuanya. Walau harus pakai sisa hidupku.” Liora berhenti di sisi trotoar, menatapnya dengan sorot t

