Pulang. Petang sudah datang. Dan Hyra menangis sepanjang perjalanan menuju rumah di balik punggung Julian. Memeluk erat yang tak akan bisa dia lihat lagi untuk waktu bertahun-tahun tanpa kepastian. Beginikah akhirnya? Tawa masa kecil yang terkenang tak lagi manis di ingatan, melainkan miris dan menyedihkan. Romansa remaja yang pertama kali dirajut saat menduduki bangku kelas 3 SMP tak lagi menyenangkan dinostalgia, rasanya menyakitkan. Padahal, Julian masih di sini. Masih dengannya. Oh, kenapa perjalanan pulang malah terasa singkat? Dan Hyra diantar sampai ke dalam rumah oleh Julian, menghadap papa. Saat itu tangis Hyra pecah dan lari ke kamar—di lantai dua. "Lho, kamu apain Hyra?" Selebihnya, Hyra sudah tak lagi mendengar karena langkahnya sudah jauh dari posisi papa dan Julian. Sam