Mendarat Di Pangkuan CEO

“Bang ... bisa ngebut enggak? Aku bayar double deh ... aku udah telat ini.” Ayara mencondongkan sedikit tubuh ke kabin depan taxi online yang ditumpanginya melalui ruang kosong antara kursi. “Siap Neng, duduk yang bener ... pake sabuk pengaman, Neng,” titah sang supir taxi online yang kemudian menginjak pedal gas dalam. Ayara sampai berpegangan pada hand grip plafon di kabin belakang, bukan karena takut tapi agar aman. Ini hari pertamanya menjadi air crew yang mengawaki privat jet dari sang pemilik perusahaan penerbangan di mana telah bertahun-tahun lamanya ia mengabdi. Ayara tidak boleh terlambat tapi tadi tiba-tiba saja maminya yang kerap di sapa Kanjeng Mami karena tingkahnya bak seorang bangsawan yang selalu ingin dilayani dan sesuka hati memberikan perintah—meminta Ayara membelikan ketoprak untuk makan siang. Sebagai anak pertama yang berbakti kepada orang tua, mau tidak mau Ayara mengabulkan keinginan Kanjeng Mami tapi alhasil ia nyaris terlambat tiba di Bandara. “Bang, aku lebihin ya ... thank you so much,” ujar Ayara sambil menyimpan selembar uang berwarna biru di dekat perseneling. “Terimakasih Neng, kapang-kapan kalau telat lagi hubungin Abang ya, Neng!” “Siap Bang!” Si Abang taxi online pun menginjak kembali pedal gasnya untuk keluar dari pelataran parkir Bandara. Berkat skill mengemudi abang taxi online yang keren, Ayara bisa tiba tepat waktu. Tapi Ayara masih harus menuju sebuah ruangan di sisi lain gedung, tempat ia dan timnya berkumpul untuk melakukan briefing sebelum terbang. Ayara mendapat info yang menyebutkan bahwa Pak Daniel-sang Pilot mengalami kecelakan dan digantikan oleh Pilot lain yang katanya pindahan dari maskapai ternama. Tentu Ayara tidak perlu merasa khawatir karena para Pilot dari maskapai tersebut memiliki kemampuan terbaik. Dari gosip yang Ayara dengar juga bila pemilik perusahaan alias tuan dari privet jet yang akan diawakinya bersama tim memiliki kriteria yang tinggi dalam memilih air crew. Sudah lima tim yang beliau ganti karena tidak sesuai dengan kriteria, Ayara khawatir akan menjadi penyebab timnya diganti jika sampai terlambat padahal baru hari ini kali pertama mereka melayani beliau. Maka, dengan kecepatan cahaya Ayara berlari sambil menarik kopernya, sedikit ribet karena menggunakan heels dan rok span. “Sorryyyy, aku terlambat ... tadi macet banget,” ujar Ayara dengan napas tersengal saat ia tiba di ruangan tempat timnya berkumpul. “Santai aja kali, Ra ... Captain penggantinya juga belum datang,” balas Ferdi-si First Officer. “Syukur deh, kirain ... aku telat.” Ayara mengembuskan napas seraya mengelap buliran keringat di pelipis dengan punggung tangan. “Touch up dulu, Ra ... denger-denger pengganti Capt. Daniel ganteng loh,” ujar Elza memberitau. “Eit, itu bagian gue ya ... Ra! Lo sama si Ferdi aja,” tukas Anya yang sedang membubuhkan lipstik di bibirnya. “Iiiihhh ... ogaaaah,” balas Ferdi dan Ayara kompak. “Alaaaah, ogah-ogah tapi demen lo mah.” Elza menggoda Ferdi yang wajahnya telah memerah. Semenjak keduanya ditempatkan menjadi satu tim, Ferdi sudah berusaha keras mendapatkan hati Ayara. Namun, gadis itu seolah mati rasa terhadap pria. Banyak gosip mengatakan jika Ayara pernah dikhianati tunangannya. Sampai saat ini belum ada yang mengetahui siapa pria b******k tidak tau diri yang tega mengkhianati Ayara. Pasalnya, Ayara Savrinadeya adalah gadis yang memiliki tubuh tinggi semampai dan berparas cantik asli Indonesia. Bentuk mata indah dengan alis dan bulu matanya yang lebat juga hidung mancung disertai garis halus pada tulang pipi menjadikan wajah Ayara tampak muda, bila tanpa makeup—tidak ada yang mengira jika usia Ayara sudah menginjak dua puluh lima tahun. Ayara menutup rapat kisah masa lalunya yang kelam dan memilih tidak ingin membicarakannya dengan siapapun dengan begitu Ayara berharap akan melupakan Abinawa Bayanaka-mantan tunangan yang telah mengkhianatinya. Pria yang Ayara kenal ketika masih menjadi Pramugari di pesawat komersial itu bercinta dengan sahabatnya sendiri yang bernama Melisa. Tidak sanggup harus menghadapi mereka berdua, Ayara memutuskan keluar dari maskapai tersebut dan bergabung di perusahaan penerbangan yang menyewakan privat jet. “Selamat pagi menjelang siang teman-teman, berhubung Capt. Daniel sedang mengalami musibah maka sampai beliau bisa kembali terbang, posisinya akan di gantikan oleh Captain Abinawa Bayanaka,” ujar Pak Doni yang merupakan kepala penyelia. Deg. Jantung Ayara seakan berhenti sepersekian detik, ia yang sedang bercermin merapihkan penampilannya dengan posisi memunggungi tim hanya bisa mematung dengan napas tertahan. Seharusnya ia lebih detail membaca chat di grup, tadi Ayara hanya membaca bagian Capt. Daniel yang mengalami kecelakaan, sudah pasti akan segera dicarikan penggantinya tapi Ayara tidak membaca lebih lanjut siapa penggantinya. Lantas, bila mengetahui Abinawa yang menggantikan Capt. Daniel—apakah ia akan menghindar dengan pura-pura sakit dan tidak ikut serta dalam penerbangan kali ini? Penerbangan pertama mereka bersama si pemilik perusahaan. Sementara ada hutang-hutang papi yang masih harus di lunasi juga biaya sekolah Radhika Pramudhya-sang adik yang sedang menunggu pembayaran dan biaya hidup keluarganya yang harus Ayara penuhi. “Ngapain lo di sini?” bisik Yogi-Flight Enginer saat keluar dari kamar mandi. Yogi bingung mendapati Ayara masih berada di area wastafel dengan kotak cushion di tangannya sementara yang lain sudah membentuk lingkaran untuk melakukan briefing. Ayara mengembuskan napas, memejamkan mata sekilas kemudian menggigit bibir bagian bawah, mengumpulkan kekuatan mental yang sempat berceceran karena syok. Terkadang takdir bercandanya keterlaluan, Ayara meninggalkan maskapai penerbangan komersial bergengsi untuk menghindar dari Abinawa tapi sekarang mereka malah dipertemukan kembali dalam satu tim. Mau tidak mau Ayara memutar badan, melangkah pelan untuk bergabung dengan timnya yang saat ini sedang saling memperkenalkan diri kepada Pilot pengganti Capt. Daniel. Satu persatu anggota dari tim yang akan mengawaki privat jet milik sang owner menyebutkan nama dan jabatannya kepada Abinawa. Dengan kedua tangan yang disembunyikan di belakang pinggang, Abinawa memindai setiap anggota timnya. Netra Abinawa kemudian terpaku menatap gadis yang kecantikannya tidak berkurang sedikitpun. Ayara Savrinadeya-mantan tunangannya itu bahkan terlihat lebih segar dan berseri dari terakhir ia melihatnya. Apakah Ayara berhasil melupakannya selama dua tahun ini? “Hai ... Aya,” sapa Abinawa begitu santai seakan pria itu tidak pernah menghancurkan hatinya. Ayara memberanikan diri mengangkat wajah lantas tersenyum tipis membalas sapaan Abinawa. “Capt.” Bibir sensual Ayara menyapa. Ayara harus terlihat tegar dan biasa saja seperti pria itu yang tampak tenang ketika bertemu dengannya, jangan sampai Abinawa menganggap jika dirinya belum move on. “Kalian sudah saling mengenal?” Pak Doni bertanya heran dengan senyum khasnya. “Betul Pak, kami pernah ada dalam satu maskapai dan penerbangan yang sama.” Ayara yang menjawab, bahkan ia tidak sudi mengakui Abinawa sebagai seseorang yang pernah bertahta di relung hatinya. “Oooohhh ...,” gumam semua orang di ruangan itu tanpa ada yang mengetahui jika masih terdapat konflik hati antara Ayara dan Abinawa yang belum benar-benar selesai.