Sarapan di suite kamar hotel pagi itu terasa berbeda. Cantika duduk bersandar di kursi dengan rambut yang masih terurai lepas karena lembab, wajahnya segar meski semalaman mereka nyaris tak tidur. Di meja bundar dekat jendela, dua piring berisi omelet, roti panggang, dan potongan buah segar sudah tersaji. Ezra menuangkan kopi ke cangkir Cantika, lalu meletakkannya tepat di hadapannya. “Pagi ini aku mau culik kamu,” ucap Ezra sembari menyodorkan sendok kecil. Cantika menoleh dengan alis terangkat. “Culik? Bukannya kamu sudah nyulik aku malam tadi?” godanya. Ezra terkekeh, mencondongkan tubuh untuk mencium singkat bibir istrinya. “Beda. Kalau malam tadi aku culik hati kamu. Kalau sekarang … aku mau culik kamu ke rumah baru kita.” Cantika berhenti mengunyah. “Rumah baru kita?” Suaranya s

