“Kenapa, Bar? Ada apa? Kenapa mendadak kayak gini? Sebelumnya kita nggak ada masalah apa- apa. Kenapa tiba- tiba? Aku salah apa?” cecar Elisa dengan berlinang air mata. Sementara itu, Bara hanya menunduk sambil mengepalkan tangannya erat. “Kamu marah gara- gara masalah skripsi? Bukannya aku udah minta maaf, dan kamu juga udah maafin?” tanya Elisa lagi. “Kamu nggak salah, El. Aku yang salah,” ujar Bara. “Aku maafin kalau misalnya kamu ngelakuin kesalahan. Tapi aku mohon, jangan kayak gini. Aku nggak bisa lepas dari kamu, Bar. Aku udah terlanjur sayang kamu.” “Mumpung belum terlambat, El. Mending kita putus aja, dari pada kamu makin sakit kalau milih bertahan sama aku.” “Kita baru pacaran empat bulan loh, Bar. Masa kamu udah minta putus aja? Setidaknya bahagiain aku dulu kek. Kamu