Setelah mendapat pukulan keras secara tiba-tiba dari Dirga, Reyza terhuyung dan hampir terjatuh ke belakang jika saja tangannya tidak lebih dulu memegang pada pilar di belakangnya. Dia menoleh sedikit, hendak memfokuskan kembali pandangannya setelah kunang-kunang di matanya mereda, lalu mengangkat tangan dan menyeka darah yang keluar dari sudut bibir. “Kenapa anda bertindak sejauh ini?” Dirga mendengkus pelan, menatap penuh kebencian pada pria di hadapannya, kemudian bergerak maju untuk meraih kerah kemeja Reyza. “Tidak usah berlagak bodoh!” Tatapan Reyza berubah menjadi lebih dingin lalu menepis tangan Dirga hingga cengkramannya terlepas. “Maaf, saya tidak ada waktu untuk melayani emosimu. Ada hal penting lainnya yang harus segera saya selesaikan.” “Hal penting apa? Mengejar Thea, beg