Setelah selesai nenghangatkan makanan, Thea pun berjalan menuju ruang tengah, sembari membawa semangkuk bubur di tangan. Sesekali wanita itu menyuapkan satu sendok makanan tersebut ke dalam mulut, lalu mengangguk tipis saat lidahnya mengecap rasa yang tidak biasa. “Kenapa aku baru tahu kalau Mas Dirga pintar memasak? Tahu begini, dulu aku minta dimasakkan makanan setiap hari.” Namun, belum sampai ia menginjakkan kaki di ruang makan, suara gemuruh mesin motor Dirga tiba-tiba terdengar. Dan hanya berselang beberapa menit saja, suara deritan pintu dibuka pun terdengar, menampilkan sosok pria tampan berbadan kekar tengah berdiri sambil menatap Thea dengan dahi berkerut. “Apa yang sedang kamu lakukan tanpa alas kaki seperti itu?” tanya Dirga. Dia segera melangkah mendekat, dan tanpa terd