Setelah memilih mobil yang cocok dengannya, Alice berencana ingin pergi ke kantor Felix tanpa memberitahunya terlebih dahulu, dia ingin tau apa mungkin dia sekarang bersama dengan adik tirinya atau tidak.
"Aku akan mengikuti permainan kalian jika harus main akting-aktingan, tapi maaf, mungkin rencana kalian akan gagal, karena aku akan memastikan jika aku akn menikah sebelum umur 25 tahun," gumam Akice,
Dia menghela nafas panjangnya, tapi sungguh bingung mencari pria di mana untuk menikah dengannya.
Meskipun pastinya akan banyak pria yang bisa dia jadikan suami, tapi dia juga harus memilih dengan hati-hati dan tidak ingin lria yang akan dia jadikan suami kontrak akan membuat masalah untuknya ke depannya.
"Entah kenapa tapi aku menyukai Matteo dan dia sepertinya pas untuk menjadi suami pura-puraku," gumam Alice.
Setelah sampai, dia langsung masuk ke dalam kantor, namun dia menghentikan langkahnya karena sekretaria Felix mencegahnya.
"Nona Alice," ucap Mita yang terkejut karena ada kekasih bosnya di sini.
"Ada apa? Kenapa kau mencegahku?" Tanya Alice memicingkan alisnya,
Alice bisa melihat Mita yang tergugup dan sepertinya Alice mengerti arti kegugupan sekretaris kekasihnya ini.
"Apa Felix sedang ada tamu?" Tanya Alice.
"T-tidak, tapi Tuan Felix tadi berpesan jika ia tidak ingin di ganggu, Nona. Sepertinya Tuan sedang sibuk," kata Mita yang membuat Alice manggut-manggut,
Alice mengambil ponselnya dan menghubungi Felix.
Felix yang berada di dalam dan sedang b******u dengan Syla terkejut saat Alice menghubunginya.
"Ya, Sayang," kawab Felix yang berusaha tenang.
"Aku di depanruanganmu, kata sekretarismu kau sedang tidak ingin di ganggu, apa aku juga termasuk?" Tanya Alice yang membuat Felix benar-benar terkejut.
"Kau di depan ruanganku?"
Pekik Felix yang membuat Syla yang sedang asik berada di atas pangkuan Felix juga terkejut.
"Hm, boleh aku masuk?" Tanya Alice.
"Y-ya tentu saja Sayang, aku akan membukakan pintunya untukmu," kata Felix lalu mematikan sambungan telefonnya.
"Kau bilang Alice sedang ke showroom mobil," omel Felix kepda Syla.
"Tadi memang dia ke sana? Jika dia memilih mobil bisanya lama," kata Syla yang membenarkan pakaiannya karena ulah Felix,
"Cepat sembunyi, aku akan membuat dia keluar dari sini, agar kau bisa keluar juga" kata Felix yang di angguki oleh Syla
Syla langsung bersembunyi sedangkan Felix merapikan jasnya dan membuka pintu ruangannya.
Felix tersenyum lebar lalu ingin mencium Alice namun Alice mencegahnya.
"Kenapa lama? Apa aku sidah tidak penting bagimu, sampai sekretarismu mencegahku," omel Alice.
"Bukan seperti itu , Sayang, baiklah maafkan aku ya, dia hanya menjalankan perintahku yang memang aku tidak ingin di ganggu, aku sedang ada sedikit masalah pekerjaan, maka dari itu aku ingin fokus menyelesaikannya," kata Felix sebagai alasan yang membuat Akice manggut-manggut.
Dia mengedarkan pandangannya yang tidak ada siapapun di sana, namun Alice sangat yakin, jika ada Syla di sana.
"Ada apa, Sayang?" Tanya Felix tergugup sendiri karena Alice memandangi tuangannya seperti sedang mencari sesuatu, dia takut kalau Alice tau di sini ada Syla yang sedang bersembunyi.
Alice tersenyum lalu duduk di meja Felix yang membuat Felix tidak mengerti,
"Sayang, bagaimana kalau kita ngopi di cafe depan?" Ajak Felix yang sesuai rencana, jika dia akan mengajak Alice keluar agar Syla bisa pergi dari sana.
Bukannya menjawab, Alice malah menarik jas Felix hingga berdekatan dengannya.
"Kenapa buru-buru, Sayang, apa kau tidak merindukanku," kata Alice dengan nada manja yang membuat Felix terkejut dan heran,
"Tentu saja aku merindukanmu, Sayang," kata Felix yang tersenyum lebar, walaupun dia sedikit heran, namun sejujurnya dia sangat senang saat Alice seperti ini, dari duku dia sangat b*******h dengan Akice, tapi nyatanya Alice tidak pernah mau b******u dengannya kecuali hanya berciuman,
"Apa kita bisa melakukannya di sini," kata Alice yang membuat Felix bahkan terangsang hanya dengan nada pembicaraan Akice, dia benar-benar bergaira dan Akice menydari itu.
"Tent-..."
Pyarr
Suara pecahan pigura membuat mereka berdua terkejut, bahkan Felix melupakan kalau ada kekasihnya Syla di sana,
"Suara apa itu, Felix?" Tanya Aluce sangat terkejut, dia sudah mengira jika itu pasti ulah Syla namun tetap saja dia terkejut dengan suara pecahan yang tiba-tiba, namun dia tersenyum miring karena memang inia dalah rencnanya.
"Aku akan mengeceknya," kata Felix yang melihat ternyata piguranya jatuh, dan sudah di pastikan jika itu adalah ulah Syla.
"Hanya pigura, Sayang," kata Fix memperlihatkan piguranya.
"Kemarilah, aku benar-benar merindukanmu," kata Alice yang benar-benar membuat Felix mengerang, gaurahnya benar-benar memuncak karena Alice sangat sexy di matanya.
"S-sayang, kita ada di kantor," kata Felix yang berusaha menolak dan menahannya.
"Memangnya kenapa? Bahkan kau dulu sering memintanya dan tidak mengenal tempat, ini di ruanganmu, bukankah sangat aman," kata Alice. Perkataan Alice membuat Syla yang bersembunyi mengepalkan tangannya,
"Bukankah kita akan menikah juga nantinya, unruk itu aku ingin belajar memuaskanmu dari sekarang," kata Akice dengan manja yang membuat Felix berkeringat menahan hasratnya.
"Sial, di saat Alice seperti ini kenapa malah ada Syla di sini" umpat Felix dalam hati,
Jika saja tidak ada Syla di ruangannya, mungkin Felix tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, karena sudah sedari lama Felix ingin merasakan tubuh Alice yang begitu indah dan wangi, bahkan jika di bandingkan, kecantikan Alice dan Syla sebenarnya masih cantik Alice,
Maka dari itu, Felix rasanya ingin sekali menghujam Alice yang membuat dia mendesah memanggil namanya. Namun tidak pernah berhasil karena Akice tidak pernah mau, tapi kini kesempatan yang selama ini dia inginkan ada di depannya, namun malah dia tidak bisa mengambilnya karena ada Syla di sana.
"Sayang, aku tidak bisa, ini di kantor, takut ada orang lain masuk ke dalam ruanganku," tolak Gelix namun dalam hatinya sebenarnya mengumpat keras karena dia dengan jual mahalnya menolak Alice.
Alice terlihat cemberut,
"Padahal tadinya aku sudah siap memberikanya, bukankah dulu kau selalu memintanya? Kenapa sekarang kau malah tidak mau?" Tanya Alice dengan suara yang sedikit kecewa.
"Baj*ngan, berarti Felix selama ini menginginkan tubuh Alice," gumam Syla di dalam hatinya, dia bersumpah akan menghajar Felix nantinya.
"Sayang, aku sangat lapar, ayo temani aku makan dulu di restoran kantor," kata Felix akhirnya menggiring Alice agar tidak berbicara macam-macam lagi di depan Syla.
Alice pun akhirnya mau, dia takut kalau Felix akan setuju dan benar-benar melakukannya dengannya, tentu saja Alice merasa jijik dan tidak mau itu terjadi, dia berakting seperti itu hanya karena memancing Syla yang nantinya mereka berdua sudah pasti akan bertengkar.
Felix bernafas lega karena Alice mau mengikutinya.
Melihat Alice dan Felix sudah keluar, Syla pun juga keluar dari persembunyiannya. Dia memilih untuk pergi dari sana terlebih dahulu sebelum Alice menyadari jika dia tadi bersembunyi di ruangan Felix.