47. Dua Hati yang Saling Terpaut

1105 Kata

Maharani tiba di rumah dengan langkah cepat dan mata berkaca-kaca. Begitu pintu tertutup, tubuhnya bersandar di baliknya, napasnya tersengal. Percakapan dengan Hendrik barusan menyisakan luka lama yang terbuka kembali. Viko muncul dari dalam, mengenakan kemeja rumah berwarna biru tua. Setelah menghela napas panjang, pria itu menepuk pelan pundak Maharani. “Rani. Melihat dari wajahmu, aku yakin pembicaraanmu dengan Hendrik tidak berjalan lancar." Maharani mendongak dan bertatapan mata dengan Viko yang menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. "Seperti sudah kuduga, Hendrik ingin menimpakan semua kesalahan padaku. Aku memang mengaku jika bukan ibu yang baik untuk Amara," ucap Maharani dengan memaksakan sebuah senyum. Viko pun mengetahui jika sang istri masih ingin menumpahk

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN