Sementara itu, di ruang keluarga, Amara masih duduk dengan Theodore dalam pelukannya. Wajah bayi itu sudah mulai mengantuk, matanya sesekali berkedip lambat, dan tangan mungilnya menggenggam jari Amara dengan erat. Namun, hati Amara tidak setenang wajahnya. Dia tahu jika Raymond sedang berbicara dengan Jonathan, dan topik percakapan mereka pastilah tentang dirinya. Amara merunduk, mencium rambut Theodore sambil berbisik, “Kalau seandainya nanti Bunda harus pergi, kamu harus jadi anak kuat, ya, Theo …." Namun sebelum dia larut lebih dalam pada ketakutan dan prasangka, langkah kaki Juwita menghentikan lamunannya. Dia menoleh dan melihat wanita itu mendekat, lalu tersenyum lebar. "Wajah kamu kelihatan resah, ada apa Amara?" tanya Juwita. "Saya tegang karena menunggu Pak Raymond selesai