"Pusing kepalanya ...." Wajar, nyaris seharian kemarin Ancala menangis. Padahal katanya, sedih boleh, tetapi jangan sampai larut terpuruk. Nangis juga nggak pa-pa, asal tidak sampai meraung dan berlarut-larut. Namun, bagaimanalah itu, Ancala hilang kendali. Selain karena syok, dia juga ... berkecamuk. Sedih, sangat. Marah, ini pasti, tetapi kepada siapa itu tak tentu. Kecewa, ini juga Ancala rasakan, khususnya kepada Galaksi. Penat, jelas. Dan frustrasi, ada rasa ingin segera mendapatkan kabar terkini tentang papanya. Namun, yang di sana (ajudan contohnya) seperti enggan memberi tahu terkait papa kepada Ancala di sini. Demikian itu, Galaksi mendapat telepon dari sang ajudan yang menemani Pak Tara di luar negeri, detik ketika Ancala masih terlelap. Ada pertikaian alot yang sempat terjadi