8. Julian Lombardi yang Sangat Mencintai Game

1725 Kata
Keesokkan harinya Lika memberikan Voucher yang memiliki alat penyadap itu pada teman kantornya sebagai hadiah. Hal itu terdengar sangat natural. Lagipula Barney juga sudah tidak mengawasinya lagi, sehingga tidak ada masalah. Daren, Arthur dan Owen yang ditempatkan di Kring Service selalu melaporkan apapun pada Lian. Karena dalam misi kali ini, Lian adalah pemimpinnya. Sampai sejauh ini, baik Lian muapun Daren, belum menemukan keanehan apapun. Kegiatan Barney juga tidak ada yang mencurigakan. Kasus ini jadi semakin membosankan bagi Lian karena prosesnya sangat jauh berbeda dengan kasus di Pulau Pelangi yang penuh ketegangan dalam proses penyesuaiannya. Apalagi pihak Theia juga terkesan abai dengan informasi yang seharusnya di dapatkan Agent dalam setiap Misi. Apakah ini adalah Misi kosong? Pertanyaan itu mulai hinggap di kepala Lian. Misi kosong sendiri adalah misi tanpa Informasi apapun karena situasinya yang darurat. Dalam hal ini, Agent harus mendapatkan informasi sendiri dengan hati-hati sambil menyelesaikannya. "Jika benar ini adalah misi kosong, maka Bonus yang akan aku dapatkan setelah misi ini selesai adalah dua kali lipat. Jika memang benar seperti itu, maka kasus ini tidak lagi membosankan." Lian bergumam sendiri sambil menikmati es kopi yang tadi dibelikan oleh Mikha. Saat ini dia sedang duduk di atap perusahaan yang tidak terlalu ramai. Tempat itu adalah tempat Favorit Lian untuk berpikir karena jarang sekali ada Karyawan yang mau datang ke tempat itu. Tapi tiba-tiba saja pintu menuju tempat itu terbuka dan seorang anak muda masuk dengan wajah yang tampak frustasi. "Hallo Brother, sedang istirahat juga?" Lian menyapa dengan sangat ramah. Laki-laki itu terlihat terkejut sambil mengerutkan dahinya, lalu tersenyum dengan ramah beberapa saat kemudian. "Karyawan baru?" tanyanya sambil duduk di samping Lian. "Benar, Rony Kruger." Lian memperkenalkan dirinya sambil tersenyum lebar. "Julian!" balas laki-laki itu sambil menjabat tangan Lian. Mendengar nama itu Lian sangat kaget. Karena hanya ada satu orang bernama Julian di kantor itu, Yaitu Julian Lombardi. "Maaf saya tidak mengenali Anda, Mr Julian Lombardi. Maafkan atas ketidak sopanan saya." Lian langsung berdiri dan bersikap sopan. Mendengar itu, Julian menepuk pundak Lian kemudian mengajaknya duduk lagi. "Santai saja, aku hanya jadi atasanmu ketika jam kerja. Di luar jam kerja aku hanya orang biasa." ucap Julian ramah. Lian tidak menyangka Julian ternyata memiliki sikap yang jauh lebih baik dibanding keluarga Lombardi lainnya. "Terimakasih atas kemurahan hati anda Mr. Lombardi." Lian tersenyum kemudian kembali duduk di samping orang paling penting di Lord Game itu. "Bukankah dunia ini terlalu berisik? Karena itu kamu datang ke tempat ini untuk berpikir?" "Benar Boss, aku tidak terlalu suka berada di tengah banyak orang." "Aku juga sering datang kesini jika butuh waktu berpikir. Melanjutkan usaha sebesar ini tidak mudah, karena itu isi kepalaku kadang penuh. Tapi karena bidang ini adalah bidang yang sangat aku cintai, semuanya tetap terasa menyenangkan. Apalagi jika melihat semua komentar pelanggan tentang Game kami, rasanya sungguh luar biasa." Wajah Julian ketika menceritakan pekerjaanya terlihat sangat bahagia. Lian bisa melihat dengan jelas bahwa masa depan Lord Game kemungkinan akan cerah di tangan Julian. "Alasan kenapa aku bekerja disini juga karena aku merasa Dugeon Survival sangat keren. Aku sudah memainkannya sejak jaman kuliah. Tidak menyangka aku bisa berada di perusahaan yang menciptakan dan mengelolanya." "Benarkah? bagaimana menurutmu? apakah ada kekurangan dari game itu atau kamu bisa menberikan masukan yang bisa menyempurnakan Game itu?" tanya Julian dengan antusias. Julian ternyata tidak bohong, dia memang terlihat sangat senang setelah mendengar Lian memainkan gamenya dengan gembira. Perasaan itu jelas terlihat sangat tulus. Lian bisa melihat Julian memang benar-benar mencintai Lord Game dan semua pelanggan Lord Game. Dan tentu saja dia sudah pasti sangat menintai dunia Game. "Menurut saya dari sisi seorang ahli komputer semuanya sudah sangat bagus, pelanggan juga sangat puas dengan grafik serta viturnya. Tapi sebagai pecinta Game, akan lebih menarik jika interaksi antar pelanggan jangan dibatasi sebatas pertempuran saja Boss. Apakah anda pernah mendengar sebuah hubungan asmara yang berasal dari sebuah game? Jika kita membuat Fitur Aliansi dimana semua orang di seluruh dunia bisa saling berbincang dengan terjemahan bahasa yang dibuat otomatis maka Game ini akan semakin menarik. Apalagi jika obrolannya juga tidak dibatasi sebatas aliansi saja, tapi orang-orang di luar aliansi juga bisa saling mengobrol di room lain. Interaksi antar pelanggan bisa dijadikan alat untuk mempromosikan game dan menarik minat pelanggan lain juga." Lian benar-benar memberikan masukan dari hatinya sebagai sesama pecinta game. Melihat seberapa antuasianya Julian mendengarkan, Lian tahu kalau Bossnya itu kemungkinan tertarik dengan idenya. "Kamu ada dibagian apa Rony?" "Saya berada di bagian Technical Team, sebagai Pemrogram Jaringan." "Jurusan Komputer atuu memang mengambil jurusan Game?" Julian bertanya lagi dengan antusias. "Komputer, tapi saya juga belajar banyak tentang dunia game. Karena itu, perusahaan anda aladah impian saya." balas Lian dengan ekspresi yang terlihat bangga. "Sebenarnya aku menyukai cara berpikirmu, tadinya aku hendak memasukkan kamu ke tim perencanaan dan pengembangan game, tapi karena bagian yang kamu sebutkan tadi paling sulit mendapatkan Karyawan yang tepat, Nick akan sangat marah jika aku memindahkanmu ke tempat lain." ucap Julian sambil tertawa. Nick sendiri adalah kepala bagian Technical Team, dia merupakan atasan langsung Killian di kantor itu. "Kebetulan saya lebih menyukai bagian saya sekarang." balas Lian dengan nada bercanda. Julian tertawa mendengarnya. "Rasanya menyenangkan memiliki teman bicara yang memiliki minat yang sama. Ayahku tidak terlalu menyukai dunia game, beliau lebih tertarik pada bidang bisnisnya, karena itu perusahaan ini hanya berjalan sesuai dengan ide dari para ahli saja. Untungnya kakek masih sehat dan banyak memberikan kontribusi ide. Paman Barney lebih tidak menyukai game karena dia lebih menyukai dunia seni. Karena itu setelah aku lulus kuliah, Ayah langsung memberikan perusahaan ini padaku. Menurutnya, aku akan menjadi nyawa baru bagi perusahaan ini. Tapi semua karyawan yang ada di perusahaan ini benar-benar hanya fokus pada bisnis. Aku mengganti banyak sekali karyawan ketika pertama kali menjabat sebagai pimpinan, hal itu membuat aku terkenal menjadi Boss yang kejam. Tapi aku cukup puas dengan tim yang sekarang, termasuk karena ada kamu di dalam Tim Rony. Perusahaan ini membutuhkan orang dengan minat yang sama denganku untuk bisa berjalan di arah yang aku inginkan. Tapi kemudian musibah itu terjadi, padahal aku baru saja merencanakan banyak hal dengan ayah." Julian berbicara panjang lebar dengan ekspresi sedih. "Aku benar-benar ikut prihatin dengan apa yang menimpa ayah anda. Beberapa hari lalu Paman anda juga mendatangi saya dan teman-teman saja di Apartemen untuk mencari pelaku pembunuhan. Saya harap pelakunya segera ditemukan." balas Lian terlihat tulus, padahal dia sengaja mengucapkan kata sebanyak itu dalam mengekspresikan bela sungkawanya, demi memancing Julian berbicara lebih banyak. "Sebenarnya, aku tidak percaya Lika bisa melakukan itu. Meskipun kami tidak akrab, tapi aku tahu Lika tidak mungkin melakukan hal sekejam itu. Dia adalah anak yang manis dan ceria. Dia juga cerdas dan menjadi teman akrab untuk adikku yang kesepian karena Ayah lebih memperhatikanku. Ayah memang pernah melakukan hal yang keterlaluan pada Lika, sampai membuat dia melarikan diri dari rumah selama berbulan-bulan. Tapi sambil memperhatikan Michel adikku, aku juga ikut memperhatikannya. Karena itu aku sangat mengenalnya. Lika bahkan tidak tega melihat kucing terluka, dia menangis berhari-hari sampai matanya bengkak. Mana mungkin orang seperti itu membunuh orang yang membiayai hidupnya selama ini. Lika juga sangat menyayangi ibunya. Dia tahu ibunya ada din rumah itu, jika dia memang mau melakukan itu, seharusnya dia mengirim ibunya lebih dulu ke luar demi keamanan. Saat ini ibunya memang sudah tidak ada di kediaman, kemungkinan Lika yang melakukannya. Tapi sekali lagi, jika memang dia yang membunuh Ayahku, terlalu ceroboh baru menyelamatkan ibunya setelah kasus pembunuhan itu Viral." Julian benar-benar mengungkapkan semua isi hatinya dengan sangat mudah. "Apakah anda tidak berniat menyelidikinya sendiri Boss?" "Aku memang ada rencana untuk melakukan itu Rony, tapi aku belum menemukan Agen Detektif yang tidak akan terpengaruh oleh kepolisian. Entah kenapa aku meras pihak kepolisian juga aneh. Mereka seperti memaksa semua orang percaya kalau Lika pembunuhnya." jawaban Julian membuat Lian tersenyum tipis. "Bagaimana kalau saya merekomendasikan Agen Detektif ternama yang sangat terkena. Kebetulan mereka bergerak sendiri dan memiliki agen rahasia handal yang tidak mungkin berhubungan dengan kepolisian Inggris karena mereka berasal dari Spanyol. Kebetulan salah satu anggotanya pernah membantu kasus di keluarganya sehingga aku bisa memintanya menemui anda jika anda mau. Mungkin anda bisa berdiskusi dulu dengan beliau. Kabarnya Organisasi ini juga dekat dengan istana, dan anda pasti tahu kalau siapapun yang berhubungan erat dengan istana tidak akan mudah di manipulasi oleh pihak kepolisian negara." ucap Lian dengan suara dibuat kecil. "Benarkah? siapa mereka?" "Dark Knight." bisikan Lian membuat mata Julian membulat. "Kamu benar-benar mengenal mereka Rony? aku tahu mereka hebat tapi mendapatkan akses mereka sangat sulit. Kalau kamu memang memiliki kontak mereka aku akan merasa sangat terbantu." balas Julian juga dengan bisikkan. Lian langsung membuka dompetnya kemudian mengeluarkan kartu nama Brook dengan nama samarannya dan memberikannya pada Julian. Kartu nama itu memiliki logo resmi Dark Knight yang bisa di periksa keasliannya. Melihat itu wajah Julian tampak senang dan berterimakasih pada Lian dengan sungguh-sunggu. Mereka kemudian berpisah ketika jam istirahat sudah selesai. Malam harinya Die langsung menghubungi Lian dan mengatakan Julian sudah menghubunginya. Mereka berniat bertemu besok siang di Kafe Rahasia milik Dark Knight. Mendengar itu, Lian cukup tenang karena dari orang dalam seperti Julian, dia akan mendapatkan lebih banyak informasi. Tapi keesokkan harinya, tiba-tiba saja Julian tidak datang ke kantor tanpa memberi kabar. Beberapa pegawa di kantor mulai kewalahan dengan tidak hadirnya pimpinan tertinggi mereka selama beberapa hari. Die juga mengatakan Julian tidak datang di hari mereka janjian untuk bertemu. Laki-laki itu menghilang selama beberapa hari tanpa memeberikan kabar. Lalu di hari senin berikutnya, tiba-tiba saja Barney datang ke kantor Lord Game sambil memberikan surat kuasa pelimpahan jabatan yang di tanda tangani oleh Julian. "Julian memutuskan untuk melanjutkan S3nya di Italia, karena itu dia menyerahkan semua kendali perusahaan padaku. Kalian semua pasti sudah tahu siapa aku, karena itu aku rasa tidak perlu ada perkenalan lagi. Kita akan rapat serah terima dua hari lagi, karena itu silahkan siapkan semua berkasnya." Penjelasan Barney mungkin tidak dianggap terlalu aneh oleh semua pekerja. Tapi di mata Lian, itu sangat janggal. "Tidak mungkin orang yang sangat mencintai perusahaan ini dan Game yang di kembangkan oleh perusahaan ini, menyerahkan kendali perusahaan pada orang yang tidak mengerti sama sekali tentang dunia game. Ada yang tidak beres di dalam keluarga Lombardi. Kemungkinan terjadi sesuatu pada Julian." Bisik Lian pada teman-temannya yang kebetulan duduk di sampingnya dalam rapat perkenalan pemimpin baru itu. "Entah kenapa aku merasa, Paman Barney tidak bersikap seperti biasanya sejak kita bertemu di Apartemen saat itu." Lika juga memberikan pendapatnya. "Kita naikkan statusnya menjadi nomor 2." ucap Mikha diangguki semua orang. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN