1. Bertemu Kembali di Waktu yang Salah
Setelah bertengkar hebat dengan Damian, Lian terus berdiam diri di kamar sampai bosan. Karena itu, ketika hari sudah malam dia menyelinap keluar dari kediaman Windsor diam-diam untuk menikmati udara malam.
Lian masih ingat dengan jelas hari ketika dia di jebak oleh teman-teman adik tirinya di hotel. Sejak saat itu dia memutuskan untuk tidak mau dekat dengan wanita manapun. Lalu kenapa Lika terasa berbeda? Saat ini Lian terus bertanya-tanya kenapa dia bisa marah pada Damian, padahal kakaknya membicarakan hal yang benar tentang calon istri. Sekalipun Lian belum memiliki keinginan untuk menikah dalam waktu dekat, tapi sepenuhnya dia tahu standar calon istri yang ditetapkan oleh keluarganya yang bukan keluarga sembarangan itu.
Setelah lebih dari tiga puluh menit berjalan kaki dari kediamannya, Lian melihat Plang sebuah Bar mewah yang belakangan ini sedang jadi favorit anak muda untuk menghabiskan malam yang panjang. Tadinya dia hanya ingin lewat saja karena tepat di sebelah kiri Bar tersebut ada kafe yang ingin di tuju oleh Lian untuk duduk diam sambil minum kopi. Tapi sudut matanya tiba-tiba menangkap sebuah obyek yang sejak kemarin menjadi topik utama di pikirannya.
"Untuk apa Serangga menyebalkan itu ada di tempat seperti ini?" ucap Lian lirih dengan wajah terheran-heran. Ada perasaan aneh yang merayap di dadanya melihat Anzelika Lombardi terlihat mesra bersama seorang laki-laki yang tidak Lian kenali. "Jadi rasa suka yang sebelumnya kamu katakan padaku hanya omong kosong belaka Serangga? Dasar b*****h Serangga sialan!" ucap Lian dengan kesal.
Dengan langkah lebar, Lian mendekat kearah pintu masuk Bar mewah itu. Tentu saja setelah lebih dulu merapatkan jaket dan topinya. "Aku akan menangkap basah kelakuan kotormu itu Serangga! Lihat saja!"
"Berikan tanda pengenal dan kartu Reservasi!" ucap seorang penjaga menghentikkan langkah Killian yang menggebu-gebu. Anzelika sudah menghilang dari pandangan karena sudah berhasil masuk kedalam Bar bersama laki-laki tadi.
"Reservasi?" Killian bertanya dengan tidak ramah sambil menunjukkan kartu hitam miliknya. Laki-laki penjaga yang tadi sempat bertampang galak itu langsung berubah ramah.
"Apakah anda menginginkan ruang Vip atau VVIP tuan Muda? Saya bisa membantu anda memesankannya." Tanyanya sopan dengan senyuman lebar yang terlihat ada maunya.
"Apakah ruangan VVIP bisa digunakan untuk mengawasi seseorang di aula pesta?"
"Tentu saja Tuan, kami akan menyiapkan ruangan khusus untuk Tamu Spesial kami, jika anda menginginkannya. Di dalam ruangan itu ada layar yang bisa digunakan untuk melihat keseluruhan aula pesta. Apakah ada masalah pribadi yang bisa saya bantu? Selain pengawasan melalui layar, kami juga menyiapkan layanan pengawasan pribadi." ucap laki-laki penjaga itu menjelaskan.
"Aku baru saja melihat kekasihku masuk ke dalam bersama laki-laki lain. Sepertinya aku hanya membutuhkan ruangan untuk mengawasinya saja sambil mengumpulkan bukti. Karena itu, tolong jangan kirimkan Alkohol jenis apapun ke ruanganku, aku hanya ingin menikmati perselingkuhan mantan kekasihku, bersama satu botol jus jeruk dan cemilan." permintaan Lian diangguki dengan sopan. Wajah laki-laki penjaga itu terlihat sangat gembira ketika Lian menggesek kartunya untuk membayar ruangan VVIP yang harganya tidak murah.
"Baiklah Tuan Hiroshi Tanaka, mari saya antarkan anda ke ruangan VVIP melalui jalur khusus. Perkenalkan, nama saya Jordy, saya adalah pemilik Bar ini." ucap laki-laki yang tadinya Lian pikir hanya penjaga pintu biasa. Lian memang memiliki identitas lain yang bisa dia gunakan dalam keadaan seperti sekarang. Karena tidak mungkin dia menggunakan nama Killian Windsor untuk melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan gosip.
"Terimakasih banyak Tuan Jordy, saya menghargai pelayanan anda. Tapi saya akan masuk melalui pintu utama saja agar saya bisa melihat posisi kekasih saya." ucap Lian dengan sopan. Jordy tersenyum, kemudian langsung memandu tamu VVIPnya itu menuju ruangan mewah yang sudah disiapkan. Terlihat aula dansa cukup ramai malam itu, tapi mata Lian tetap bisa menemukan Lika di tengah-tengah kumpulan orang yang sedang menikmati musik disana.
Sambil berjalan dengan tenang, Lian terus memperhatikan betapa mesranya posisi Lika dengan seorang laki-laki sekarang. Lalu tanpa Lian duga, tiba-tiba saja mata mereka bertemu. Mengingat Lian mengenakan jaket bertudung dengan topi, laki-laki itu pikir Lika tidak akan mengenalinya. Tapi melihat gadis itu langsung mendorong partner dansanya dan berlari menghampiri Lian, laki-laki itu langsung sadar kalau dia dikenali.
"Aku bisa jelaskan!" ucap Lika dengan ringisan. Lian tertawa mengejek sambil memperhatikan penampilan Lika yang terlihat seksi itu.
"Untuk apa menjelaskan padaku? memangnya aku kekasihmu? Aku tidak peduli kamu bermesraan dengan siapa saja?" balas Lian terdengar dingin. Jordy langsung memahami situasi yang sedang dialami oleh tamu VVIPnya itu.
"Bagaiamana kalau Tuan dan Nona melanjutkan pembicaraan penting ini di ruangan yang sudah kami siapkan? Disana anda berdua bisa berbicara dengan lebih bebas." ujar Jordy bersikap sopan.
"Diam!" Lian dan Lika menjawab Jordy secara bersamaan kemudian saling pandang lagi dengan ekspresi penuh permusuhan. Jordy tersenyum di dalam hati melihat pertengkaran yang dia pikir dilakukan oleh sepasang kekasih itu.
"Aku tidak jadi mampir Jordy! terimakasih atas pelayanannya yang luar biasa. Silahkan sewakan ruangan itu ke orang lain saja." ucap Lian sopan. Jordy tersenyum, baru kali ini dia menemukan tamu VVIP yang sangat sopan. Karena itu dia cukup tertarik dengan anak muda yang terlihat sedang bertengkar dengan kekasihnya itu.
"Sama-sama Tuan Hiroshi Tanaka. Senang atas kunjungan anda. Silahkan datang kembali ke Bar saya jika anda punya waktu luang. Saya akan memberikan diskon untuk Ruang VVIPnya." balas Jordy sambil menunduk hormat penuh kesopanan.
"Ta-tanaka! Aku benar-benar bisa menjelaskannya." ucap Lika berusaha mengejar Lian sambil menyesuaikan nama samaran yang laki-laki itu gunakan.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan karena kita tidak memiliki hubungan apapun,Serangga!" balas Lian tanpa menoleh sedikitpun sambil terus berjalan keluar.
Laki-laki itu kemudian mendengus ketika tangannya di raih oleh Lika dan langkahnya terpaksa terhenti di lorong masuk menuju Aula dansa tadi. "Apa? memangnya penjelasan apa yang hendak kamu katakan? mau dia kekasih kamu atau kalian sudah tidur puluhan kali juga bukan urusanku." Lian terlihat jengkel tapi tidak berusaha melepaskan cekalan tangan Lika, seolah dia memang sedang menunggu penjelasan.
"Namanya Nolan, dia adalah sepupu jauhku. Aku sedang kabur dari rumah karena pamanku sangat jahat dan Nolan bersedia meminjamkan Apartemennya jika aku membantunya meyakinkan mantan pacarnya kalau dia sudah punya kekasih baru, yaitu aku. Karena itu akting kami terlihat mesra." Lika tetap berusaha menjelaskannya sekalipun wajah Lian terlihat tidak peduli. Dan Lian sendiri merasa aneh karena dia cukup lega setelah mendengar penjelasan dari gadis itu.
Tapi belum sempat Lian menanggapi penjelasan Lika, sebuah suara tembakkan memekakan telinga terdengar. Orang-orang berhamburan dengan panik. Suara tembakan itu terjadi dua kali lagi dan membuat suasana semakin ricuh. Lian yang tidak ingin terlibat dalam situasi berbahaya itu, langsung menarik tangan Lika keluar bersama ratusan pengunjung lain.
"Apa yang terjadi?" ucap keduanya bersamaan dengan napas yang memburu. Lian menoleh ke arah pintu masuk Bar tadi dan melihat Jordy keluar dengan berlumuran darah. Melihat itu, Lian kembali menarik tangan Lika untuk menjauh dari masalah yang bukan urusannya.
Lian akhirnya meminjamkan Apartemennya untuk Lika tidur karena Nolan tidak bisa di hubungi dan Lika tidak maun pulang ke rumah. Setelah memastikan Lika masuk dengan aman, Lian memutuskan untuk pulang ke kediaman Windsor.
Tapi, keesokkan paginya ketika Lian sedang duduk di ruang keluarga bersama teman-teman dan keluarganya, berita pembunuhan Robert Lombardi mengangetkannya. Apalagi ketika foto Lika juga di tampilkan di dalam berita itu dengan predikat tersangka. Robert meninggal dengan tiga luka tembak di tubuhnya dan lokasi terjadinya pembunuhan adalah Bar tempat Lian dan Lika bertemu semalam.
"Nggak mungkin!" Lian dan Arthur bergumam bersama. Mereka berdua lebih mengenal Lika dibanding yang lain. Karena itu mereka tidak percya dengan berita itu. Apalagi Lian yang jelas-jelas sedang bersama Lika ketika suara tembakan itu terdengar.
"Tidak mungkin? siapapun bisa menjadi pembunuh Killian! Jangan terperdaya oleh paras cantik saja tanpa memperhatikan asal-usulnya." ucap Damian penuh sindiran.
"Aku berani bersumpah bukan Lika pembunuhnya karena ketika penembakan di Bar itu terjadi, aku sedang bersamanya. Dan Lika tidak melarikan diri, melainkan sedang menginap di Apartemenku." jawaban Lian membuat semua orang kaget.
"Untuk apa kamu berada di Bar, malam-malam bersama Lika, Killian Windsor?" Jelita berteriak murka karena berada di Bar apalagi tengah malam adalah larangan yang tidak boleh dibantah siapapun di keluarga Windsor, termasuk Lian. Damian dan Alana juga sedang melotot ke arahnya. Tapi Lian tidak ada waktu untuk menanggapi keluarganya karena Lika kemungkinan dalam bahaya.
"Aku akan menjelaskannya tapi tidak sekarang!" ucap Lian kemudian berlari keluar dan tidak lagi peduli dengan teriakan Jelita dan Damian.
***