Air Mata Sahda - Chapter 6

1118 Kata
Sesampainya di halaman rumah Sahda menghentikan langkahnya, "Mm, " Ucapnya dengan sorot mata yang terlihat kebingungan. "Kenapa?" Tanya Abqori sembari menatap wajah anaknya lekat. "Baba." Sahda menundukkan kepalanya sembari menghentikan langkah nya, "Aku ... " Kalimat nya terhenti saat Abqori menyela perkataannya. "Lihatlah langit sudah mau menumpahkan kegundahannya" Ucap Ayahnya sembari menatap langit yang akan segera menumpahkan air hujan. "Sahda, takut melihat wajah Sahra yang bersedih" Tutur lembut Sahda, Abqori pun mengusap lembut pipinya. Beliau tersenyum kepada Sahda, Sahda pun merasakan ketenangan jika melihat senyuman itu. "Bismillah, baik lah Ba. Sahda yakin Sahra akan mengerti dengan keadaan ini" Ucapnya tegas, Abqori pun berjalan sembari merangkul pundak anaknya. "Assallamualaikum Umma" Sapa serta salam mereka berdua saat memasuki Rumah, Risna sedang terlihat menunggu kehadiran mereka dan seketika itu beranjak lalu menghampiri keduanya. "Baba, Sahda!" Sahda melihat kesedihan serta wajah yang kebingungan ada pada wajah ibunya. "Kenapa dengan Umma? Apa yang sedang terjadi Umma?"Tanya Sahda. Risna segera memeluk suaminya dan menangis terisak, Sahda pun terlihat merasa tak tega saat menatap wajah ibunya. "Sahra Baba," Ucapnya Terbata, "Mm, Sahra Sahda!" Serunya kembali. Kalimat yang di sampaikan Risna membuat mereka sangat mengkhawatirkan Sahra, Sahda segera berlari keatas untuk melihat adiknya. "Sahra!" Teriak Sahda sembari memanggilnya. "Sahra!" Panggil nya berulang. "Sahra sudah pergi Sahda!" Ucap Risna seraya memberitahu Sahda akan kepergian adiknya. "Pergi kemana Umma?" Tanya Sahda. "Umma tidak tahu Sahda! Saat Umma pulang Sahra sudah tidak ada, dia hanya mengirimkan Chat ini!" Ucap Risna kembali, bibirnya pun terlihat bergetar hebat. Sahda segera membaca pesan singkat yang dikirimkan Sahra untuk ibunya itu, di sana perasaan bersalah pun hadir dalam benak Sahda. "Untuk Umma dan Baba, Maafkan Sahra yang tidak berbicara akan pergi untuk sementara ini. Mungkin Sahra tidak akan menghadiri acara pernikahan Sahda dan Mas Fathur. Sahra sangat mencintai Mas Fathur, Namun Jodoh Tuhan tetaplah berpihak kepada Sahda. Sahra tidak mampu menerima itu semua, Sahra menganggap bahwa Umma dan Baba lebih mencintai Sahda dibandingkan Sahra dan Sahra mengerti akan hal itu." "Jangan pernah mencari keberadaan Sahra! Karena Sahra memanglah bukan anak yang kalian sayangi serta banggakan! Terimakasih selama 22 Tahun sudah mau menjaga Sahra! Terimakasih Umma dan Baba!" "Tertanda, Sahra yang Malang!" Pesan singkat itu dibaca oleh Sahda dengan nada tangisan yang terisak, "Baba, Umma. Bagaimana ini?" Tanya Sahda sembari mendekati Ayah dan ibunya. "Baba, Umma!!!" Ia terus menggoyangkan tubuh Ayah serta ibunya, namun sedikitpun tak ada respon baik dari mereka. "Carikan Sahra, kemana dia Umma." "Dia sangat mencintai Fathur Umma,Baba! Sahda akan bilang sama Abi Daud untuk membatalkan perjodohan ini. Biarkan Sahra yang menjadi Istri Mas Fathur" ucap nya sembari menangis, Sahda sangat menyayangi adiknya dan kepergiaan Sahra membuatnya semakin Frustasi. "Sahda! Menangis lah Nak, menangis lah sayang. Sudah lama kau memendam ini semua" Ucap Risna. "Mengapa Baba terdiam! Mengapa Baba?" Ucapnya sembari terus menerus menangis. "Biarkan Sahra pergi Untuk menenangkan dirinya, Biarkan ia lebih dekat dengan Tuhan" Ucap Risna, "Agar dia kembali dengan Hati dan Qalbu yang suci kembali" Tambahnya lagi. "Baba, Aku sangat menyayanginya. Aku tidak peduli bagaimana ia berpikir tentang Aku, Aku hanya ingin memeluknya" Ungkap Sahda kembali sembari menangis memeluk kedua orang tua nya. "Sabar, Dan jangan lupa mengucap kalimat Istighfar!!" Seru Risna, lagi dan lagi mereka tak memiliki respon apapun dan Sahda merasa aneh akan hal itu "Bagaimana pemikiran Sahra terhadap Sahda Umma?" Tanya nya kembali. "Apa Umma tak tahu bagaimana Sahra datang ke dalam kamar Sahda, bagaimana seorang adik yang menganggap kakaknya sebagai saingannya, Umma Baba, Jika harus memilih Sahda akan tetap memilih Sahra! Sahda tidak mau Sahda berpikiran aneh kepada Sahda, Sahda Mohon Umma, Abi!!" Ungkapnya penuh penekanan. "Apa yang sahra Ucapkan sayang?" Tanya Ayahnya. "Dia tidak mau lagi menganggap Sahda sebagai kakaknya! Dan itu rasanya sakit Umma, Baba!" Ucapnya kembali. "Tidak mungkin sayang, Sahra tidak sejahat itu!" Ucap Risna, namun Abqori seakan mengetahui hal buruk mengenai anak bungsunya dan Abqori seakan sedang mencoba menyadarkan anaknya yang sedang berbuat kesalahan itu. "Baba, Sahda Mohon batalkan pernikahan ini! Sahda tidak yakin jika pernikahan Sahda dan Fathur akan berlangsung lama!" Ucap Sahda. Setelah mendengar kalimat yang Sahda lontarkan, Abqori seakan merasakan sesuatu. Ia mencoba menopang beban tubuhnya, "Tidak Sahda!" Ucapnya sembari mencari pegangan untuk menopang tubuhnya. "Aaaaaaaaaa" Teriak Abqori menahan rasa sakit, "Sayang!" sahda segera membantu Abqori untuk duduk di atas kasur milik Sahra. "Baba! Kenapa dengan Baba? Ya Tuhan!" Sahda terlihat terkejut dengan keadaan Ayahnya, ia kembali mengeluhkan sakit yang amat berat di dalam dadanya. "Baba ingin kau menerima pernikahan ini!" Ucap Abqori. "Baba tapi bagaimana dengan Sahra?!" Ucapnya pelan. "Sahra sengaja kabur untuk menutupi kesalahan nya dan Baba sudah tahu akan hal itu nak!" Sahut ayahnya, "Baba Mohon menikahlah dengan Fathur!" Tambahnya lagi. "Baba! Aku takut hal ini akan membuat persaudaraan kami hancur!" "Tidak Nak! Baba Mohon, kali ini kau harus memikirkan dirimu. Kau harus berusaha mencari dan menemukan kebahagiaan mu dan Baba tahu kau menyukai Fathur, dulu kau selalu mengalah pada adikmu dan kali ini kau yang seharusnya menang!" Sahda masih terdiam, ia benar-benar ingin mencari tahu keberadaan adiknya. Apalagi anak gadis yang keluar malam-malam entah dimana mereka berada, namun bukan hal aneh jika Sahra memang seperti ini. Karena, ketika tidak ada masalah pun Sahra selalu sengaja pulang larut malam. "Sahda!" Lirih Abqori saat memanggilnya dengan nada yang sangat pelan. "Ingat kau tak perlu memikirkan adikmu! Biarlah dia belajar arti sebuah keikhlasan!" Cetus Abqori. "Tidurlah, Esok pagi kita akan mengadakan Acara lamaran." Abqori pun berucap sembari mengusap lembut ujung kepala anak nya, tanpa membantah apapun Sahda segera beranjak dan bergegas membersihkan diri untuk melakukan sembahyang sebelum tidur. Saat sedang melakukan ibadah malamnya, wajah Fathur memang terlihat terbayang di dalam ingatannya. "Tuhan, Jika memang Fathur adalah Jodohku. Ringankanlah beban di hatiku. Jika memang Fathur adalah Calon Imam ku yang telah engkau berikan untuk ku, Tolong dekatkan hati dia dengan Hatiku. aku mohon, Berikanlah Aku kekuatan!" Tutur kata dalam berdoa nya sangatlah tulus, air matanya pun turun membasahi mukena yang di pakai olehnya. "Dan Tuhan, Jagalah dan Lindungilah Adik ku Sahra. Berikan lah hati yang lapang Untuk nya dan dekatkan lah ia dengan Jodoh yang telah engkau ridhoi " Tambahnya, Sahda pun menghela Nafasnya dan terlihat mengusap lembut wajah nya dengan menggunakan kedua telapak tangan miliknya. "Aku Harap kamu bahagia Sahra!" Malam itu menjadi malam yang panjang baginya, hujan yang Turun ditemani dengan dentuman petir yang menggelegar bahkan Angin yang meniup kencang membuat perasaan kalut nya semakin disadari. Air mata yang terus mengucur deras dari matanya pun membuat basah bantal yang di pakai olehnya saat itu, dia sangat memikirkan Sahra, Sahra dan Sahra. "Aku takut jika Sahra dan Aku menjadi saling berjauhan, dan Jika Aku harus memilih. Aku lebih baik hidup tanpa Cinta dari pada harus berjauhan dengan Saudaraku." Gumamnya kembali, ia memeluk lututnya. Sungguh perasaan akan Sahra membuatnya semakin tak tahan menahan air matanya, "Hatiku hampa, Hatiku gundah! Sahra, Aku merindukanmu"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN