Beberapa jam pun berlalu, Sahda tetap setia menemani Sahra. Sesekali ia melihat keadaan Sahra, namun ia juga membutuhka ruang untuk menyendiri. Meratapi semua pengakuan yang sudah ia dengar sendiri, tidak mudah menjadi Sahda, ia harus mendengar pengakuan yang selama ini membuatnya merasa sakit. Tak berselang lama, Fathur pun datang. Ia segera menuju ruangan Sahda, tentunya Fathur meminta ijin terlebih dahulu kepada perawat yang menjadi Assisten Sahda sendiri. “Assalamualaikum Sahda,” sapa Fathur seraya mengucap salam. Sahda yang sedang duduk di dalam ruangannya itu pun segera berdiri lalu membalas salam Fathur, “Waalaikum salam Mas, silahkan duduk.” ucap Sahda. “Terimakasih Sahda, terimakasih karena kau sudah memberiku kesempatan untuk berbicara dengan mu.” ujar Fathur sembari tersenyu

