Haripun sudah berganti menjadi malam, malam itu Sahda sudah sangat mengantuk. Namun ia seakan memiliki jarak kembali bersama suaminya, mungkin karena Sahda takut jika dirinya membuat suaminya tak nyaman karena adanya perjanjian yang tertulis yang sudah ia tandatangani. Fathur menatap Sahda yang terlihat gelisah, “kenapa? Kamu tidak mau tidur sekamar dengan ku?” Tanya Fathur dengan tatapan yang sangat sinis kepadanya. “Mmm, tidak Mas! Aku... Aku hanya takut Mas merasa jijik tidur dengan ku!” “Ternyata kau sadar diri!” Ucapnya sarkas, semakin kesini Fathur semakin berani mengatakan hal yang membuat Sahda sakit hati. Namun Sahda mencoba menyikapinya dengan biasa saja, ia hanya berharap waktu satu tahun ini cepat berlalu. Sahda beranjak dan membawa sebuah bercover yang tersimpan di atas le

