Matahari pagi menembus tirai tipis, menyiramkan cahaya lembut ke dalam kamar studio apartemen itu. Lily terbangun lebih dulu. Ia mengerjapkan mata perlahan, tubuhnya masih terasa lelah, tapi ada senyum samar di bibirnya saat menyadari dirinya masih berada dalam pelukan Ethan.
Lengan pria itu melilit kuat di pinggangnya, membuatnya hampir tak bisa bergerak. Lily menoleh sedikit—dan di sanalah wajah Ethan, begitu dekat, tampan dalam ketenangan tidurnya. Garis rahangnya tegas, alisnya lebat, bulu matanya panjang. Ada aura yang berbeda ketika Ethan terlelap; bukan pria buas yang menelannya tadi malam, melainkan seseorang yang terlihat begitu manusiawi, begitu indah.
Lily menatapnya lama. Jemarinya hampir saja terulur untuk menyentuh wajah itu, ingin memastikan kalau semua ini nyata, kalau ia
