Tubuh Lily masih terasa bergetar ketika Ethan akhirnya melepaskannya dari dekapan intens pagi itu. Napas mereka masih berpacu, keringat menempel di kulit, dan ranjang berantakan penuh jejak kebersamaan mereka. Untuk beberapa detik, mereka hanya berbaring diam, menatap langit-langit, menikmati detik-detik setelah ledakan gairah yang menguras tenaga. Ethan, dengan senyum puas di wajahnya, memeluk Lily erat dari samping. “Kalau pagi selalu begini, aku tak pernah keberatan bangun lebih awal.” Lily hanya mendengus pelan, wajahnya masih memerah. “Kita bisa terlambat, Ethan ….” “Terlambat sekali pun, aku tidak menyesal,” jawab pria itu dengan nada posesif, mengusap pelan lengan Lily. Namun akhirnya, setelah tarikan napas panjang, Lily memberanikan diri untuk bangkit. “Aku harus siap-siap.” E