Lily menelan ludah, dadanya naik-turun. “Aku … aku nggak tahu .…” Suaranya parau, bergetar. Ia menggenggam seprai erat, seakan itu bisa menahan segala rasa asing yang baru saja ia alami. Perih, malu, tapi juga ada percikan hangat yang tak bisa ia tolak. Ethan menarik napas panjang. Ia menyesali caranya tadi—bagaimana ia begitu mudah terbawa arus sampai lupa kalau Lily belum pernah bersama siapa pun sebelumnya. Ia menatap wajahnya lama-lama, seolah ingin membaca isi hati gadis itu. “Lily ….” Ia memanggil dengan suara pelan, nyaris seperti seseorang yang takut ditolak, “kalau kamu menyesal … aku—” “Jangan.” Lily cepat-cepat memotong, matanya melebar. Ia menggeleng pelan, rambutnya jatuh berantakan di pipi. “Aku nggak menyesal … hanya saja … semuanya terlalu cepat.” Ethan menahan napas. K