“Kenapa kamu terlihat tegang?” suara Ethan memecah hening. “Aku tidak tegang,” jawab Lily cepat, terlalu defensif. Ethan menatapnya lekat, matanya tajam menembus. “Kamu berbohong. Matamu terlalu jujur. Kamu takut padaku, Lily?” Lily membuang pandang ke arah meja, pura-pura membaca majalah yang tergeletak. “Anda suka menuduh.” “Bukan menuduh,” Ethan mengoreksi lembut. “Hanya mengamati. Aku mempelajari orang. Dan saat ini, aku sedang mempelajari satu-satunya anomali yang kutemukan dalam hidupku.” Detik itu Lily menyadari betapa berbahayanya pria di sebelahnya. Bukan karena kata-katanya kasar, melainkan karena tatapannya mampu membuka hal-hal yang berusaha ia sembunyikan. Pria ini melihat dirinya yang sebenarnya. Lily merasa suasana terlalu intens. Ia bangkit berdiri, menaruh can

