Sore itu, setelah semua staf pulang, Lily masih menata ulang draft dokumen untuk rapat esok hari. Tangannya sibuk mengetik, namun matanya perlahan terasa lelah. Cahaya lampu meja menyorot rambut cokelatnya, membuat wajahnya tampak lembut dan lelah, tapi penuh dedikasi. Ketukan pelan di pintu membuatnya menoleh. Ethan berdiri di ambang, jas terlipat di lengan, wajahnya tampak letih. “Masih bekerja?” tanyanya, nada suaranya rendah tapi penuh perhatian. “Ya, Tuan. Saya ingin menyelesaikan ini dulu,” jawab Lily, mencoba tetap formal. Tapi ada gemetar tipis dalam suaranya—tidak bisa ia sembunyikan. Ethan melangkah masuk, menutup pintu belakangnya dengan lembut, dan menaruh jas di kursi. “Kerja kerasmu mengagumkan. Tapi kamu tahu … kadang aku lebih suka mengawasi langsung daripada dokumen-dok