Tepat di sebuah lampu merah, sebuah mobil Maybach Exelero berhenti. Di dalamnya memperlihat 2 sosok yang belum saling mengenal satu sama lain.
Mereka adalah Malvin dan juga Ara, yang sudah tinggal bersama semalam meskipun keduanya belum mengenal satu sama lain.
Lalu sebuah suara klakson memnuyarkan peraudan mereka. Malvin segera menancap gas-nya kembali, dan menatap ke sembarang tempat.
"Tapi Lo ceroboh juga ya jadi cewek. Berani banget tinggal di rumah cowok yang belum Lo kenal!" Timpal Malvin, memecah keheningan.
"Itu suatu yang nggak Gue sengaja kali!" Ara menjawabnya dengan nada sumbang.
"Tetep aja, harusnya Lo ati-ati. Gimana kalau Gue ternyata penjahat"
"Ya-ya, lain kali Gue bakal mengabaikan orang yang ngga berdaya di tempat yang sedang terjadi keributan!" Balas Ara, malas. Ia lalu mencoba memejamkan matanya kembali, sambil menunggu perjalananya sampai ke tujuan.
****
Sementara itu disisi lain, Ketiga teman Malvin baru saja keluar dari kantor polisi. Sejak semalam, mereka telah bermalam di dalam sel karena menyebabkan kegaduhan.
Karena keluarga mereka berpengaruh, sehingga membuat mereka mudah menyelesaikan masalah.
"Sialan, kenapa Malvin pergi ninggalin kita sih? Ngga setia kawan banget dia!" Gerutu Juan, karena Malvin tak ikut andil dalam keribuatan semalam, yang mengakibatkan mereka harus mendekap di tahanan selama semalam.
"Udahlah, dia kan mabok! Dia pasti tidur di kamar mandi. Sampe rumah Gue telfon deh, Hp gue lowbat soalnya!" Timpal Edo, menenangkan Juan.
Mereka bertiga lalu kembali ke kediamannya masing-masing.
Sementara itu, tak lama kemudian Malvin mempikan mobil-nya di depan Hotel Nirwana. Pria itu bahkan ikut turun, saat Ara turun dari mobilnya.
"Vin makasih ya? Eh, Gue boleh panggil Lo gitu kan?"
Malvin mengguk pelan, sebelum akhirnya Ara kembali melangkah untuk menuju ke gedung hotel.
"Tunggu.."
Seketika Ara kembali menoleh ke arah Malvin.
"Nggak jadi!"
"Yee, dasar bocil!" Gerutu Ara, merendahkan nada suaranya. Ia kembali melangkah meningalkan Malvin.
"Woy, ngomong apa Lo?" Teriak Malvin, menatap sinis Ara yang jaraknya cukup jauh darinya.
Namun bukannya menjawab, Ara justru menjulurkan lidahnya meledek Malvin.
Hal itu tentu membuat Malvin sangat kesal. Karena ia jelas-jelas mendengar, jika Ara mengatai dirinya sebagai Bocil, Yang artinya, Bocah kecil.
Namun begitu, ia hanya menatap punggung Ara yang semakin jauh tak terlihat.
Hingga tak lama setelah itu, Malvin memutar balikkan mobil-nya untuk pulang ke rumah.
Di perjalanan, ponsel miliknya berdering. Terlihat di layar ponsel, bahwa yang menghubungi Malvin adalah temannya yaitu Edo.
Mereka berdua berbicara melalui panggilan telfon. Menanyakan alasan Malvin, yang menghilang tiba-tiba semalam.
Namun Malvin hanya menjawabnya, bahwa dirinya mabuk dan pulang ke rumah dengan taxi.
Setelah menutup panggilannya, Malvin kembali menfokuskan kemudinya menuju ke rumah.
Tidak ada kegiatan yang ia lakukan setelah lulus kuliah. Namun, Malvin berencana untuk melanjutkan pendidikannya di Luar negeri.
Tak lama setelah mengantar Ara ke Hotel tempatnya bekerja, Tibalah Malvin di kediamannya.
Pria itu berjalan lurus dan langsung menuju kamar. Ia merobohkan tubuh besarnya ke atas ranjang. Lagi pula, tidak ada kegiatan lain sehingga Malvin memilih untuk melanjutkan tidurnya.
Sejak kecil, ia telah terbiasa hidup sendirian di rumah sebesar ini. Kedua orang tua-nya begitu gila kerja, hingga tanpa sadar membuat anak semata wayang-nya selalu kesepian.
Meski Kakeknya sudah meminta Malvin untuk tinggal bersamanya, namun Malvin menolak. Ia lebih memilih tinggal di kediaman orang Tua-nya.
Setiap kali Malvin protes kepada orang tua-nya, mereka selalu menjawab bahwa yang mereka lakukan ialah untuk kebaikan Malvin. Dimana kebutuhan Malvin selalu tercukupi, dan tak kurang suatu apapun.
Namun tetap saja, hanya kesepian yang Kavin dapatkan.
Seiring berjalannya waktu, Malvin menjadi tak percaya pada orang dewasa. Bahkan ketika kakeknya meminta Malvin untuk datang, ia tak benar-benar datang.
Kehidupan mewah dan bergelimang harta, membuat orang-orang menatap Malvin kagum. Tanpa tau, bahwa dari lubuk hati yang paling dalam, ia sangat kesepian.
****
Pagi hari di Negara Jerman. Sepasang Suami istri sudah siap memulai aktifitas di tempat yang berbeda.
Mereka adalah Adrian Saga, dan juga Emelly Cyntia. Keduanya merupakan orang Tua kandung Malvin yang sudah lama menggeluti dunia bisnis di Negara Jerman.
Mereka telah sibuk bekerja di luar negeri, sejak Malvin masih duduk di bangku SMP. Semua yang mereka lakukan beralasan untuk kebahagian Malvin.
Namun mereka tak pernah tau, bagaimana perasaan Putra mereka di Indonesia.
Melly selaku Ibu kandung Malvin, dengan tenang meninggalkan Putranya dan mempercayakannya pada Ayah mertua yang bernama Mahendra.
Akan tetapi, hal yang mereka lakukan justru membuat Malvin menganggap bahwa dirinya tidak di inginkan. Sehingga, Malvin pun terbiasa tanpa sosok Orang Tua yang tinggal bersamanya.
Hari-hari hidup di Jerman, Melly telah berhasil menempati posisi manajer keuangan. Sementara Adrian berhasil menjadi orang kepercayaan, sekaligus Direktur di Perusahaan teman-nya.
Mereka berdua hanya fokus dengan kesibukan masing-masing dan hanya menanyakan kabar Putranya sesekali dalan sebulan.
Setelah seharian hanya tidur, Malvin terbangun pada jam 5 sore. Kedua netranya mengeryit, tenggorokannya terasa kering ketika bangun dari tidurnya.
Pria itu lalu beranjak, dan menyalakan lampu kamarnya lebih dulu. Langkah kakinya sedikit gontai, berjalan menuju ke dapur untuk menuang segelas air. Tak lama, ia meneguk segelas air putih yang berhasil mengobati rasa dahaga-nya.
Tubuhnya yang lengket dan berkeringat, membuat-nya berjalan menuju ke kamar mandi.
****
Sementara itu di tempat lain, Ara baru saja pulang ke rumahnya setelah melakukan pekerjaan paruh waktu di Hotel.
Setibanya di rumah, Ara di suguhkan dengan pertengkaran Orang Tuanya. Kedua matanya membelalak sempurna, kala melihat Maria tersungkur di lantai.
Sontak Ara segera berlari, menuju ke arah Ibunya.
Tanpa mengatakan apapun, Ara hanya memapah Maria untuk beranjak berdiri. Ia lalu menatap tajam Budi, karena selalu bersikap kasar pada Maria. Ibu angkatnya.
Tanpa bicara pun, Ara tau bahwa Budi telah memukul Maria. Bahkan pipinya terlihat bekas tamparan, yang masih merah.
"Kenapa melotot? Datang-datang melotot. Gue colok juga mata lo!" Sentak Budi, memaki Ara yang sama sekali tak menundukkan pandangannya.
"Duduk di sini, Bu" Tanpa memedulikan Ayah-nya, Ara memapah dan membawa Maria duduk di atas kursi.
Namun saat Ara sedang berjalan memapah Maria, tiba-tiba Budi menarik paksa Tas milik Ara dengan wajah menyeringai.
Seketika Pria parubaya itu menumpahkan isi tas Ara, hingga memperlihatkan sebuah amplop putih terjatuh di lantai.
Melihat itu, Budi tersenyum menyeringai. Namun tidak dengan Ara. Wanita itu seketika membelalakkan matanya, dan berlari untuk menyambar amplop, berisi gaji paruh waktu selama satu minggu bekerja di Hotel.
"Pak, Jangan!!!" Ujar Ara, bersikeras menyelamatkan uang miliknya. Tetapi, jarak amplop tersebut lebih dekat dengaj Budi, sehingga Budi lebih dulu mengambilnya.
"Banyak juga Duit Lo, Haha. Kalau Lo kasih duit begini kan, Gue ngga perlu repot-repot kelahi sama Ibu Lo!" Dengan percaya diri, Budi mengantongi amplop berisi uang tersebut.
"Pak, jangan ambil semuanya! Tolong kasih juga buat Ibu!!!" Pinta Ara, ketika melihat Budi membalikkan badannya untuk keluar dari rumah.
Namun tenaganya yang sejak pagi terkuras, membuatnya tak bisa melawan Budi. Ia justru terjatuh ke lantai, karena Budi telah mendorongnya.
Marah, Ara tentu sangat marah. Sudah bukan hal baru baginya, ketika mendapatkan perlakuan buruk dari Ayah-nya.
Dulu, Ara hanya bisa menangis merasakan betapa buruknya Ayah angkatnya. Namun seiring berjalannya waktu, Ara bahkan sulit menitihkan air matanya, ketika Budi membuatnya kesal.
Sejenak Ara mengatur nafas, serta emosinya sebelum mengahampiri Ibunya.
"Ra, Maaf ya? Gara-gara Ibu, uang kamu di ambil sama Bapak" Tutur Maria, merasa bersalah.
"Ibu udah makan?"
Bukannya menjawab, Ara justru mengubah topik pembicaraan seolah tak terjadi apapun.
Ara melihat jawaban Maria, yang hanya menggelengkan kepala.
"Kalau begitu tunggu disini ya, Bu. Biar aku masakin sesuatu" Ara dengan lugas memunguti isi tas-nya sebelum menuju ke dapur.
"Tapi kamu kan baru pulang. Kamu pasti capek! Biar Ibu saja yang masak!" Kini Maria mengejar langkah Ara, yang telah sampai di dapur.
"Nggak apa-apa buk, Duduk saja!"
Lain dari pada itu, Ara lebih tak tega melihat pipi memar milik Maria. Meski merasa sedih dan kecewa, namun Ara tak bisa mengeluarkan air mata-nya seolah sudah mengering.
Wanita itu akhirnya membuat makanan untuk makan malamnya bersama Ibu angkatnya, yaitu Maria.
Seperti hari-hari biasanya, setelah beristirahat tidak kurang dari 2 jam, Ara harus kembali berangkat bekerja part time di mini market sampai jam 9 malam.
Meski makan dengan porsi yang banyak, namun tubuhnya tak berisi karena harus menguras energi setelah merasa kenyang.
Walau begitu, tubuhnya saja yang kecil. Ara jelas memiliki tenaga yang cukup kuat di bandingkan dengan Wanita pada umum-nya.
Ketika Ara akan berangkat ke mini market, tiba-tiba ponselnya berdering.
Panggilan tersebut merupakan dari seorang Manajer Hotel, tempat dirinya bekerja siang tadi.
Ara di minta datang ke Hotel malam ini juga. Mau tidak mau, akhirnya Ara menyetujui permintaan Manajer dan tidak berangkat ke minu market.
Butuh waktu 25 menit, bagi Ara agar sampai ke Hotel Nirwana.
Setibanya di sana, Ara sudah di tunggu oleh Manajernya. Sesaat Ara masih tenang, sampai ia di bawa ke sebuah kamar suit milik Tamu Wanita.
Begitu tiba di kamar tersebut, Ara mengernyitkan keningnya karena rekannya yang bernama Aulia sudah berada di sana, dengan posisi duduk bersimpuh.
Sementara penyewa kamar Hotel suit tersebut berdiri angkuh di hadapan Aulia.
"A-ada apa ini?" Tanya Ara, dalam hatinya mulai gelisah.
"Jadi begini Ara, Nona Bella kehilangan sesuatu setelah kalian selesai membersihkan kamar Nona Bella" Ucap Windy, selaku manajer Hotel tersebut.
Mendengar itu Ara tentu nengernyitkan keningnya. Apa itu? Batin Ara, sambil kembali mengingat saat-saat dirinya membersihkan kamar Suit tersebut.
"Maaf, tapi kami tidak merasa menemukan apa-apa Bu Windy" Jawab Ara, dengan tenang.
Memang benar, Ara dan Lia tak menemukan apapun dari Kamar itu.
"Alah, saya sudah sering bertemu orang seperti mereka! Kalian pasti sudah menjualnya dan membagi hasilnya kan? Apalagi benda itu sangat mahal" Timpal Bella, dengan nada meremehkan.
Disana, Aulia atau kerap di sapa Lia itu hanya bisa menunduk terdiam, karena ia terus menerus di sudutkan oleh Bella.
"Nona, kami bahkan tidak tau, barang apa yang hilang. Kami yakin, tidak menemukan apapun" Ucap Ara, menegaskan kembali. Ia sedikit kesal, karena Bella terus menerus menyudutkan, bahkan memfitnah dirinya dan juga Lia.
"Saya ngga mau tau, pokoknya saya minta ganti rugi kalung liontin saya yang hilang! Liontin itu hadiah dari pacar saya, dan harganya sangat mahal! Kalau kalian ngga mau ganti rugi, saya akan mereview Hotel ini dengan bintang 1" Senyuman meremehkan itu kembali terculas di bibir Bella.
Bella Clarissa, merupakan seorang Wanita muda yang bekerja sebagai Influencer dengan follower 10juta di Sosial medianya.
Dalam beberapa hal, ia kerap mereview produk-produk atau tempat yang ia kunjungi hingga memicu keuntungan bagi pemilik brand dan tempat yang ia kunjungi.
Tak banyak para brand ternama mengendors Bella Clarissa karena pengaruhnya cukup besar. Hanya saja, tak banyak yang tau akan tabiat asli Influencer satu ini.
Sikapnya sangat arogan, dan membuat gaduh seperti yang sedang terjadi saat ini. Ia bersikeras meminta ganti rugi, atas kehilangan barang berharganya yang berbentuk liontin.
Bella menuduh, bahwa Ara dan Lia lah yang mengambil barang miliknya. Meskipun Mereka berdua tak merasa menemukan apapun.
"Tunggu Nona, bukankah masalah ini bisa kita bicarakan secara baik-baik?" Sergah Windy, menyela perkataan Bella.
"Lia, bangunlah. Kita kan ngga membuat kesalahan!" Tutur Ara, memapah Lia agar beranjak dari simpuhannya.
"Baiklah, kalian hanya punya dua pilihan. Ganti Rugi atau temukan liontin itu!!!" Sentak Bella, penuh ke angkuhan.
"Nona, apa anda sudah mengecek ke tempat yang anda kunjungi sebelumnya? Bisa saja liontin anda tertinggal, karena kami benar-benar tidak menemukan barang anda yang hilang. Kalaupun kami menemukan, kami pasti akan memberikannya pada anda" Ucap Ara, tetap menjaga harga dirinya.
"Dari tadi kamu pandai sekali ya, bicaranya! Oh, apa jangan-jangan kamu yang mengambilnya. Biasanya, orang yang pintar bicara itu pelakunya!" Bella yang tak mau kalah pun, kembali menatap remeh Ara.
Wanita itu hanya menelan salivanya, sambil sesekali menahan emosinya. Meski Ara sering menjumpai Tamu hotel yang menyebalkan, namun kali ini benar-benar keterlalun.
"Maaf Nona, tolong jaga kata-kata anda. Meskipun saya cuma pekerja cleaning servise tapi saya ngga pernah mengambil barang milik orang!" Jawab Ara, merendahkan nada suaranya.
"Ck, siapa yang tau? Melihat penampilanmu yang masih muda, kamu pasti tertarik dengan Liontin milikku! Cepat cari, sana!"
Semua yang berhadapan dengan Bella hanya bisa menundukkan kepalanya, ketika Bella meninggikan suaranya.
Windy pun memberikan isyarat pada Ara dan juga Lia, untuk kembali mencari barang milik Bella yang hilang.
"Heh, tunggu!" Ketika Ara mencoba mencari barang yang hilang, tiba-tiba Bella menghentikannya.
Netranya menatap intens pakaian yang Ara kenakan.
"Ada apa?" Tanya Ara, terlihat mulai jengkel.
"Baju yang Lo pakai ini brand mahal. Seorang Cleaning servis kaya Lo mana mampu beli! Gue yakin, pasti Lo kan yang ambil kalung gue? Ngakuu ajaa deh, sini balikin!!!"
Seketika Ara membelalakkan kedua matanya. Ia menatap kemeja kotak-kotak milik Malvin yang di pakai Ara. Ia bahkan tak tau, berapa harga baju ini.
"Memangnya ada yang salah kalau Clening Servis punya baju mahal? Kenapa anda menuduh saya terus dari tadi???" Kini Ara menatap tajam Bella, ia tampak tak bisa menahan emosinya saat ini.
"Apa anda sengaja membuat kegaduhan di Hotel ini?" Tutur Ara, menatap sinis Bella.
Seketika, Ara tersungkur ke lantai setelah Bella melayangkan tamparan di pipinya.
Disana, Ara tersenyum getir. Bagaimana bisa seseorang melakukan orang lain seperti serangga?
"Berani-beraninya Lo! Lo ngga tau, siapa gue???"
-
-
NEXT---