"Opa setuju atau tidak, aku akan tetap menikah sama Bilqis besok !"
Devin mengatakan dengan tegas dan tatapan tajam penuh intimidasi pada Taufan Dwiki, Opa nya sendiri. Yang juga menatap nya dengan tatapan yang sama.
Taufan mengeraskan rahang nya, kemudian melayangkan tatapan tajam itu pada Keynal yang sejak tadi memilih diam saja.
"Kenapa kamu diam saja ? Mau, apa yang terjadi sama kamu dulu, terjadi pada nya ?!" Sentak Taufan dengan begitu keras.
Keynal melirik pada anak laki - laki nya. Devin, terlihat begitu tenang, anak nya itu memang memiliki watak yang sangat keras, jika sudah ke mau-an maka harus ia capai.
"Pa, ini semua keputusan Devin " akhirnya Ve memilih ambil alih.
"Dia masih kecil!" Sentak Taufan lagi, meski sudah tua dan juga menggunakan tongkat sebagai alat bantu ia berjalan. Tapi, beliau masih sangat lah gagah.
"Opa! Aku sudah besar. Dan aku yakin akan bertanggung jawab dengan semua keputusan ku" ujar Devin tidak terima.
"Sekarang kamu bisa mengatakan begitu ? Tapi nanti ? "
"Opa.. aku -"
"Sudah lah, percuma kita terus berdebat. Kalian memang tidak pernah menganggap Opa" setelah mengatakan itu, Taufan langsung memilih berlalu pergi.
Keynal menghela napas berat nya, ia menatap anak - anak nya. Yaitu, Shania, Gracio dan Devin yang ikut menghela napas lelah.
"Opa emang gak pernah berubah " gumam Shania, dengan nada malas.
Ia malam ini memang sengaja datang kerumah orang tua nya untuk membantu segala persiapan Devin untuk besok. Sedang kan Khalif, suami nya dan anak - anak nya memilih untuk Stay di rumah Bilqis. Dan besok pagi, baru akan menjemput nya.
Begitu juga dengan Cio, yang datang bersama keluarga nya.
"Opa, kakak tuh " saut Cio dengan kekehan geli.
Shania hanya mendelik malas. "Tolong ngaca, ya !" Delik nya, membuat Cio dan istri nya, yaitu Anin tersenyum.
"Udah, sama - sama Opa kalian juga " saut Keynal.
Ia beranjak dari sofa tempat nya duduk bersama Ve sejak tadi. "Biar Papa yang ngomong sama, Opa. Kamu istirahat sana. Hafalin tuh ijab Qabul nya jangan sampai besok harus ngulang. Juga, sempurnakan hafalan kamu sebagai mahar " ujar Keynal pada Devin.
"Iya, Pah " jawab nya menurut. Ia pun juga ikut beranjak pergi.
Ve hanya bisa menggeleng sendiri, sambil memangku seorang gadis kecil berumur sembilan tahun. Yaitu, Eve anak nya Cio.
***
Suasana di rumah tempat kediaman Bilqis dan orang tuanya terlihat ramai. Warga sekitar tempat nya tinggal terlihat sedikit sibuk membantu menyiapkan segala persiapan untuk besok.
Karena, acara tersebut akan berlangsung di rumah nya. Itu adalah permintaan Bilqis sendiri. Padahal, Dika atau Keynal sama sekali tidak keberatan jika menyewa gedung. Tapi, Bilqis ingin semua nya di selenggarakan di rumah saja. Baik ijab Qabul atau resepsi nya. Yang di adakan di hari yang sama.
Khalif dan Adik nya ,Afdhal terlihat sibuk dengan beberapa pemuda kampung menyiapkan tenda tepat di halaman depan rumah Dika yang memang sangat luas itu.
Sedangkan di dalam para ibu - ibu tengah membantu pada bagian masak memasak.
Walau Kinal memesan ketering tapi, ia tetap mau memasak segala khas makanan Aceh dan juga Sunda. Di bantu dengan ibu - ibu sekitar rumah nya dan juga mertua dan ibu nya sendiri.
Sedangkan di lantai dua, Bilqis sedang di pakai kan Inai oleh seorang wanita cantik yang mengenakan kerudung putih. Bersama dengan beberapa gadis - gadis lain nya. Yaitu, teman - teman nya Bilqis yang ada di Jakarta.
"Bil, gue masih gak percaya tau gak, kayak ini semua mimpi gitu " ujar Yasya, sahabat nya Bilqis sejak keduanya masih kecil.
"Aku juga " jawab Bilqis.
Entah mengapa tatapan Bilqis tidak menunjukkan kebahagiaan di sana. Bahkan, terlihat tidak terlalu bersemangat untuk menyambut hari esok.
Padahal saat hari lamaran dan juga segala persiapan yang ia lakukan bersama dengan Devin. Ia sangat lah antusias.
Dari mulai memilih cincin, fitting baju pengantin. Dan membuat undangan. Ia lakukan dengan sepenuh hati.
Tapi, ia baru sadar satu hal. Kalau di balik kebahagian nya ada seseorang yang sangat amat berarti dalam hidup nya selalu saja menatap nya dengan sedih. Seseorang itu adalah cinta pertama nya bahkan sampai akhir ia akan selalu mencintai nya.
Yaitu Dika, Ayah nya sendiri. Ia sama sekali tidak melihat Ayah nya merasakan apa yang ia rasakan. Itu membuat nya sedih. Ia tidak bisa melihat Ayah nya sedih. Karena itu akan melukai nya.
Seperti malam ini, di saat semuanya sedang sibuk menyiapkan segala hal. Dika, justru memilih untuk menyendiri di ruang kerja nya.
Hingga Kinal masuk, karena sejak tadi mencari tapi suami nya tidak ada di mana pun.
Dan ia, menemukan nya di ruang kerja. Membuatnya sedikit terkejut, karena suaminya sedang menangis.
"Sayang " panggil Kinal, menyentuh bahu Suami nya yang bergetar hebat.
"Aku berat banget buat besok, gak percaya kalau akan secepat ini " ujar Dika dengan sedikit terisak.
Kinal sangat memahami perasaan Dika, karena ia juga merasakan hal yang sama. Tapi, ia melihat sendiri bagaimana anak nya begitu yakin dan juga bahagia. Makanya ia belajar untuk menerima semua keputusan anak nya. Dan menaruh rasa percaya pada Devin dan juga Bilqis .
"Rasanya, baru kemarin aku meng- azan kan nya untuk pertama kali nya. Mengganti popok nya, mengajarkan nya berjalan. Memanggil ku dengan sebutan Ayah. Aku.. aku.. takut kalau -"
"Sayang, jangan berfikir yang tidak - tidak. Yakin semua akan baik - baik saja. Dik, seharusnya kamu ikut bahagia. Bilqis akan menempuh hidup baru nya besok. Membuat nya akan lebih dewasa dari sekarang. Kita sangat mengenal Devin, kamu tau kan bagaimana Devin selalu menjaga Bilqis. ?"
Dika diam sejenak, mengusap air matanya. Kemudian meletakkan bingkai album foto Bilqis di atas meja yang sejak tadi di lihat nya.
"Kamu temui Bilqis, ya. Dia keliatan sedih karena sadar ayah nya, tidak merelakan nya menikah besok " ujar Kinal, mengusap bahu suami nya.
Dika menghela napas berat. Kemudian ia mengangguk.
Pukul sebelas malam, rumah Dika sudah terlihat sedikit sepi.
Hanya tinggal keluarga besar Dika saja. Ada Khalif dan Radith yang sedang mengobrol di teras.
Dan di dapur masih ada Naomi, Kinal dan Shani. Juga kedua orang tua Kinal dan Dika. Sedang menyelesaikan sisa pekerjaan.
"Ayah " panggil Rezky, saat melihat Ayah nya baru saja menaiki lantai dua.
"Ya ?"
"Tadi, pak RT tanya. Besok ijab qabul nya bakal di Rumah atau di masjid?"
"Oh, tadi Ayah udah ngomong kok sama Pak RT. Untuk ijab qobul tetap di Masjid aja. " Jawab Dika. Rezky mengangguk. "Oh, ya. Itu pelaminan kecil, yang buat Peusijuk udah di pasang kan ?"
"Udah kok, tadi Om Radith sama pak Didi yang bantu pasang " Dika mengangguk.
"Yaudah, ayah mau ketemu Bilqis dulu. " Rezky mengangguk, dan ia pun berlalu ke kamar nya.
Dika memilih menuju kamar anak perempuan nya.
Ia terlihat menarik napas dan membuangnya dengan perlahan. Kemudian baru mengetuk pintu coklat di depan nya.
Setelah mendengar suara sautan dari dalam. Ia menekan knob dan mendorong pintu itu kedalam.
"Ayah " ucap Bilqis. Saat melihat Ayah nya lah yang muncul.
Dika tersenyum tulus. Ia melangkah masuk kedalam kamar anak nya yang sudah di hias dengan begitu apik dan juga indah. Dengan nuansa biru putih, yaitu warna kesukaan Bilqis.
"Mau tidur, ya ?" Tanya Dika, duduk di tepi kasur anak nya.
Bilqis menggeleng. "Aku lagi nunggu Ayah "
Dika kembali mengulum senyum nya pada anak gadis kesayangan nya itu. Ia berusaha untuk tidak menangis sekarang. Bagaimana pun, semua ini adalah pilihan Bilqis. Semua adalah keputusan anak nya, jadi ia sebagai orang tua hanya mendoakan yang terbaik.
"Ayah, Bil mau minta maaf " ujar Bilqis, tiba - tiba Dengan kepala tertunduk.
"Kenapa ?"
Bilqis memberanikan diri untuk menatap Ayah nya. Kemudian rasa bersalah itu langsung melingkupi nya. Karena, sekeras apapun Ayah nya menyembunyikan kesedihan nya. Ia tetap bisa merasakan nya.
"Kalau Ayah, tidak rela aku menikah besok. Aku akan membatalkan nya. Aku gak mau, ayah sedih. Karena, itu ngebuat aku terluka " jawab, Bilqis dengan air mata.
Hati Dika langsung mencolos mendengar ucapan anak nya. Merasa bersalah dengan segala sikap nya akhir - akhir ini. Ia beranjak mendekati Bilqis, menarik nya dalam pelukkan. Mengecup kening anak nya dengan penuh rasa sayang.
"Ayah yang harus nya minta maaf. Ayah masih saja menganggap kalau Anak Ayah satu ini masih kecil, yang masih suka malakin Ayah minta es krim " ujar Dika, menahan diri agar tidak menangis. "Ayah.. Ayah cuma gak nyangka kalau akan secepat ini. Dan sedikit khawatir dengan kamu. Kalian masih sangat muda untuk mengambil keputusan ini "
Bilqis mengusap punggung Ayahnya, mengeratkan lagi pelukkan ternyaman nya.
"Ayah percaya sama Bang Devin. Ayah tau kan. Kalau Bang Devin, selalu bisa di andalkan untuk menjaga ku? Dulu, ayah selalu mengandalkan nya. " Ujar Bilqis.
"Iya, Ayah percaya kok sama dia."
"Tapi, kalau Ayah -"
"Udah, kamu istirahat. Ayah juga mau istirahat buat besok. " Sela Dika, yang tau apa yang akan di katakan Bilqis padanya.
Bilqis mengangguk dengan senyuman manis nya. Ia memilih berbaring dan membiarkan sang Ayah mengecup kening nya, membuat nya bisa merasakan kenyamanan yang luar biasa.
Hatinya sedikit merasa lega, ia hanya berharap besok akan berjalan dengan lancar.
***
Keesokan hari nya, semua nya berjalan dengan tepat waktu. Devin dan keluarga besarnya tiba pukul sepuluh pagi. Dan langsung di arah kan ke Masjid untuk menyelenggarakan ijab Qabul.
Sedangkan Bilqis menunggu di rumah, menyaksikan ucapan sakral itu dari monitor yang ada di dalam kamar nya. Yang sengaja di pasang Dika, agar ia bisa ikut menyaksikan nya.
Pukul setengah sebelas, Bilqis bisa mendengar dan melihat Devin duduk seorang diri di tengah - tengah ruang. Dengan di saksikan oleh keluarga besar nya sendiri. Laki - laki dalam balutan baju Koko dan peci warna putih itu dengan begitu khusyuk dan sangat menghayati dalam melantunkan surat Ar-Rahman yang akan menjadi mahar untuk nya. Itu, adalah syarat dari Ayah nya saat dulu untuk pertama kali Devin meminta dirinya pada Dika.
"Suaranya bagus banget, kalau lagi ngaji "ujar Yasya, yang menemani Bilqis di kamar.
"Hm " gumam Bilqis, memandangi Devin dengan muka memerah.
"Dia keliatan kayak bersinar gitu " timpal, Kyla. Yang juga ikut menemani Bilqis.
Kinal mengulum senyum melihat anak nya yang juga tersenyum malu - malu memandangi Devin yang sedang membaca ayat suci Al-Quran.
Dan pukul sebelas lewat sebelas menit. Devin sudah duduk berhadapan dengan Dika. Dengan saksi yang dan Pak penghulu yang menemani mereka.
Saat itulah jantung Bilqis berdebar dengan cepat. Perasaan nya menjadi campur aduk. Ia sudah sempat mengancam Devin tiga hari sebelum Ijab Qabul. Kalau laki - laki itu mengulang Ijab qobul, maka ia akan mencakar wajah tampan Devin itu. Ia sudah mewanti-wanti hal tersebut pada Devin, bahkan saya subuh tadi ketika cowok itu menelfon nya.
"Semoga, Om gue gak salah nyebut nama " ucap Kyla, antara berdoa atau dia sedang membuat lelucon.
"Aamiin." Timpal Yasya, yang sebenarnya juga di Aminin oleh Bilqis dalam hati.
Kinal dan Naomi hanya mengulum senyum, sambil menggeleng kepala mendengar celetukkan Kyla dan Yasya.
Tidak lama kemudian suara Dika terdengar dari arah monitor.
"
Bapak Dika, silahkan". Terdengar suara Ustad Jefri yang menjadi saksi nikah keduanya.
"Devin, hari ini saya akan menyerahkan salah satu putri tercinta saya". Mata Bilqis sudah berkaca-kaca mendengar suara Ayahnya yang sedikit bergetar. " Saya sangat mencintainya. Bisakah kamu mencintai Putri saya seperti saya mencintainya?. ". Nada itu terdengar penuh harap. Yang di jawab Devin bisa. " Tolong jaga dia seperti kamu menjaga ibu kamu. Tolong perlakukan dia dengan baik. Jangan sakiti dia. Kalau dia salah, tegur dia. Tapi jangan di pukul. Saya tidak pernah berlaku kasar padanya. Semenjak dia bayi sampai sekarang. Sekali pun tangan saya tidak pernah naik memukulnya. Apabila suatu hari nanti kamu sudah bosan dengan dia, kamu tidak lagi mencintainya. Tolong, jangan bilang padanya, tapi katakan lah pada saya. Maka saya sendiri yang akan menjemputnya. Jangan pernah menelantarkannya. Bisa?". Kali ini Bilqis tidak bisa lagi menahan air matanya. Ingin sekali ia berlari ke sana dan memeluk Ayahnya. Bahkan Kyla dan Ayasa juga melakukan hal yang sama. Air mata itu tiba-tiba saja jatuh.
"Insya Allah, Om!. Aku akan mengingat ini semua". Jawab Devin menatap lekat pada Ayahnya Bilqis.
Kemudian, ia melihat Ayahnya mengangguk. Mengambil napas dalam, lalu samar-samar ia mendengar sang Ayah mengawalinya dengan Bismillah.
"Saya nikah kan, dan saya kawin kan engkau Devin Keynal Dwiki bin Keynal Putra dengan Putri saya Cut Bilqis Humairah Wahed, dengan mas kawin seperangkat alat sholat, dan hafalan surat Ar-Rahman juga dua puluh gram emas, di bayar tunai !"
Jantung Bilqis berdetak dengan semakin cepat. Perasaan semakin campur aduk, saat Melihat Devin sedang memejamkan mata sejenak dan menarik napas dalam - dalam.
Ia tau, laki - laki itu gugup. Dan itu sangat lah buruk. Devin yang gugup akan selalu berlaku ceroboh.
"Saya terima nikah dan kawin nya Cut Bilqis Humairah Wahed binti Teuku Ardika Wahed dengan mas kawin yang tersebut, di bayar tunai!"
Dan ternyata Devin mampu menjawab nya dengan begitu lantang dan begitu tegas juga dalam satu kali tarikkan napas. Membuat semuanya lega bukan main.
"Para saksi, Sah ?!"
"SAH !"
-----------------------------------
--------
SAH GUYS...
SAH!!!...
jangan lupa vote dan coment nya...