02: PELUKAN TERNYAMAN

1550 Kata
"Ayah " Dika yang sejak tadi memandangi Devin dan Bilqis yang tengah duduk di pelaminan, menoleh pada Rezky yang tiba - tiba sudah ada di samping nya. Ia tersenyum pada anak sulung nya itu. "Kamu udah makan ?" Tanya Dika, pada anak nya itu. "Udah kok ". Dika mengangguk, ia menoleh lagi pada anak gadis nya yang sekarang sudah menjadi istri orang. Walau rasanya sangat lah berat yang ia rasakan sekarang, karena harus menyerahkan anak gadis nya pada orang lain. "Ayah senang melihat adik kamu bisa tersenyum selebar itu " ujar Dika. Rezky ikut menoleh pada adiknya, kemudian ia tersenyum juga melihat apa yang ayah nya lihat. "Devin, selalu tau bagaimana cara membuat Bilqis tersenyum, bahkan sampai tertawa lepas ". Dika mengangguk setuju, ia sendiri selalu melihat itu. Bahkan setiap kali melihat Bilqis bersama dengan Devin, anak nya itu selalu terlihat sangat bersemangat dan juga senang. "Ayah, " panggil Rezky. Dika menoleh pada anak nya. "Kenapa Ayah menolak lamaran ustad Yasin ?". Dahinya mengernyit heran mendengar pertanyaan anak nya yang tiba - tiba itu. "Maksud Abang gini, bukan nya dalam agama di larang ya, menerima lamaran saat ia sudah lebih dulu di lamar orang lain ?". Dika mengulum senyum mendengar ucapan anak nya. Ia mengangguk setuju, ia kembali menatap pada Devin. "Karena itu lah Ayah tidak bisa menerima ustad Yasin. " Jawab Dika dengan nada bijak. Ia melirik pada anak nya sebentar. "Anak itu sudah lebih dulu minta Bilqis," "Kapan ?" "Waktu dia lulus SMA, ayah ngajuin syarat. Untuk mahar Ayah minta hafalan surat Ar-Rahman. Kamu lupa ? ". Rezky mengernyit sebentar untuk berfikir. Tapi, kemudian langsung tersenyum. Ia baru ingat, kalau saat lulus SMA, Devin sengaja datang kerumah nya dan ingin bicara dengan kedua orang tua nya. Dengan maksud ingin melamar Bilqis, adik nya. *** Devin berdiri di depan pintu warna putih. Menatap pintu kamar itu dengan perasaan bingung. Ini bukan pertama kali ia datang ke rumah Bilqis bahkan sudah sangat sering. Jadi, ia bukan tidak tau kalau pintu di depan nya sekarang ini adalah pintu kamar Bilqis. Namun, sekarang ini ia sedang berfikir sejenak. Sekaligus menenangkan degubpan jantung nya yang berdetak tidak karuan. Dan ia bingung, jika ia masuk apa reaksi Bilqis ? Kaget ? Atau ia malah di usir. Mengingat, sudah sangat lama Ia tidak pernah masuk ke kamar gadis itu, yang sekarang telah sah menjadi istrinya. Eh, istri ? Iya ya, kan udah nikah. Jadi, sah - sah aja gue masuk. Memikirkan itu membuat senyum Devin merekah lebar. Bahkan pipi nya entah mengapa menjadi bersemu sendiri. Tok Tok Tok Akhirnya ia mengetuk pintu kamar itu, tanpa menunggu jawaban ia langsung meraih handle pintu dan membuka nya. Cklek "Assalamualaikum " salam nya, mengintip lebih dulu. Sebelum ia melangkah kaki ke dalam. Dan begitu ia menutup pintu, suara - suara yang sejak tadi lumayan ramai di bawah tidak lagi terdengar. Padahal acara sudah selesai sejak jam 3 sore tadi. Tapi, keluarga nya masih ada di bawah sedang mengobrol. Tapi, karena ia sudah sangat gerah, jadi ia minta izin lebih dulu untuk membersihkan diri. Namun, ia malah di goda abis - abisan sama yang lain nya. Sedangkan Bilqis sudah lebih dulu pamit sejak acara selesai tadi. Mungkin sudah lelah, ia sendiri yang melihat pakaian yang di kenakan Bilqis merasa kasian juga. Pasalnya, saat memakai pakaian adat Aceh tadi, ia melihat mahkota yang di pakai Bilqis cukup berat. Menyangka, pasti leher nya pegal. Devin mengernyitkan dahinya, saat melihat ke sekitar kamar tidak mendapati Bilqis. Namun, saat mendengar suara air dari dalam kamar mandi membuat nya bernapas lega. Istri nya ia sedang mandi rupa nya. Ia memilih untuk membuka beskap nya, kemudian di susul dengan pakaian nya. Hingga menyisakan kaus putih polos. Matanya memandangi lagi ke seluruh kamar. Dan membuatnya tersenyum lebar. Kamar itu di hias dengan sangat cantik, sangat adem, dan juga enak di pandang menurutnya. Selain, karena di dominan oleh warna kesukaan nya. Namun, juga sentuhan lain yang begitu simpel. Cklek Suara pintu terbuka, membuat Devin langsung menoleh kebelakang nya. Kemudian sedikit kaget melihat Bilqis keluar dari dalam kamar mandi mengenakan pakaian biasa. Namun, tidak mengenakan kerudung. Memamerkan rambut panjang nya yang halus, dan lurus juga dengan hitam berkilau. Kapan kira-kira terakhir kali ia melihat rambut indah gadis itu? Dua tahun lalu? Tiga tahun? Empat tahun?. Sepertinya ia lupa. Yang pasti semenjak Bilqis memutuskan untuk masuk pesantren. Itu saat gadis itu akan masuk SMP. Devin menjadi terpaku, ini pertama kali ia melihat Bilqis tanpa kerudung. Terakhir ia melihat, kalau tidak salah saat mereka masih sama - sama di sekolah dasar. Namun, seiring pertumbuhan mereka, terutama ketika Bilqis masuk pesantren gadis itu tidak pernah melepaskan kerudung nya. Kecuali di rumah, itu juga kalau ia datang atau teman-teman nya datang Gadis itu akan langsung mengenakan kerudung nya kembali. Bilqis dalam kondisi terbuka atau tertutup, tetap saja tidak melunturkan apapun. Gadis itu tetap terlihat cantik dan manis. "Eh, Abang mau mandi ?" Suara Bilqis menyadarkan Devin dari lamunan nya. "Ah.. i.iya. " jawabnya sedikit tergagap. "U.udah gerah juga ". "Yaudah, pake aja kamar mandi nya. Di dalam juga udah aku siapin handuk baru buat Abang " jawab Bilqis. Devin mengulum senyum, kemudian mengangguk. Cepat-cepat ia bergerak melewati Bilqis dan langsung masuk kedalam kamar mandi. membuat Bilqis sedikit bingung dengan sikap Devin yang terlihat aneh. Namun, ia tidak mau terlalu memikirkan itu. Memilih untuk menyiapkan baju untuk Suami nya. *** "Bil, Mama sama Papa pulang dulu. " Ucap Ve, pada Bilqis saat ia menemui kedua mertua nya di ruang tamu. "Tolong titip Devin ya, kalau -kalau dia ceroboh atau bersikap sedikit aneh. Mohon di maklumi aja " lanjut Ve. "Iya, Ma. " Jawabnya dengan nada begitu lembut. "Hati-hati di jalan ". Ve dan Keynal mengangguk, kemudian berlalu menuju mobil mereka. "Oya, Bil. Besok kalian berangkat jam berapa ?" Tanya Keynal saat ia akan masuk kedalam mobil. "Sekitar jam sepuluh mungkin, ada apa, Pa ?". "Enggak ada kok, cuma besok kalau mau berangkat suruh Devin hubungi Papa, ya " ujar Keynal. "Iya, Pa " jawab Bilqis. Setelah memastikan kedua mertuanya telah pergi, barulah ia masuk kembali kedalam rumah. Ia melihat keluarga nya tengah berkumpul di ruang santai. Ada dua adik nya dan Abang nya di sana sedang mengobrol. "Kak, itu Bang Devin udah makan belum ?" Tanya Kinal, yang keluar dari dapur. Bilqis tidak langsung menjawab, ia berfikir sejenak. Mengingat - ngingat saat acara tadi. Seperti nya Devin makan, tapi hanya satu suap. Itu, juga saat acara Peusijuk tadi. "Yaudah, ini bawa aja ke kamar." Ujar Mamanya memberikan sebuah nampan berisi sepiring nasi dan juga lauk. "Iya, Ma " jawab Bilqis. Dan kemudian langsung pamit pada Sang Mama untuk berlalu ke kamarnya di lantai dua. *** Ketika masuk ke kamar, ia sedikit kaget dengan Devin yang baru selesai mandi. Laki - laki itu hanya mengenakan handuk yang membalut pinggang hingga lutut. Dan membuat ia bisa melihat dengan jelas tubuh setengah polos nya Devin. "Eh, maaf. Aku mau ambil baju. Tadi, lupa di bawa " ujar Devin, malu - malu. Bilqis hanya mengangguk, berusaha menguasai diri nya sendiri. Juga degupan jantung nya yang berdebar cepat. Ada, sesuatu yang aneh saat melihat langsung laki - laki itu polos begitu. Tubuh itu jelas, sudah berbeda saat kecil dulu. Bilqis menggelengkan kepala nya dengan cepat, membuang semua fikiran kotor yang tiba - tiba saja merasuki fikiran nya. Ia meletakkan nampan di atas meja. Kemudian membereskan sisa pakaian Devin yang di letakkan laki-laki itu di atas kasur. Cklek Bilqis menoleh pada pintu kamar mandi yang di buka. Dan melihat Devin keluar dari sana, mengenakan Pakaian rumahan. Hanya, kaus biasan dan celana pendek. "Abang makan dulu ya, tadi Bil gak liat Abang makan. Cuma satu suap doang " ujar Bilqis, pada Devin. Devin melirik pada nakas, kemudian mengulum senyum nya. Bukan nya mendekati makanan itu. Ia malah memutari kasur untuk menghampiri Bilqis yang tengah berdiri menatap nya dengan heran sekaligus gelisah. "Ada apa ?" Tanya Bilqis, heran. Devin masih dengan senyuman manis, menggeleng. Jarak mereka semakin dekat. Membuat Bilqis harus mendongak agar bisa menatap Devin yang memang lebih tinggi dari nya. "Abang mau apa ?" Tanya Bilqis lagi. "Mau peluk " jawab Devin dengan cepat. "Udah boleh, kan ?" Langsung saja, pipi Bilqis jadi memerah. Dan dengan malu - malu ia mengangguk. Membuat Devin gemas sendiri. Tapi, tetap mengikis jarak antara mereka. Dan, kemudian menarik Bilqis dalam pelukkan nya. "Akhirnya, bisa meluk kamu juga ". gumam Devin, terdengar seolah begitu lega. Begitu ia berhasil memeluk gadis itu. Ia memeluk nya cukup lama, hingga akhirnya sedikit merenggangkan pelukkan mereka. Dan ia malah memandangi Bilqis dengan senyuman. Membuat Bilqis tersenyum malu - malu. "Abang, makan dulu " ujar Bilqis dengan pipi memerah. "Nanti, belum lapar. Aku masih mau peluk kamu. Istrinya aku " "Norak " celetuk Bilqis dengan malu - malu memukul d**a Devin. "Biarin, yang penting kamu udah jadi istri aku " ujar Devin. Dengan begitu bangga dan juga senang. "Abang, ish " rajuk Bilqis, begitu menggemaskan. Sehingga membuat Devin tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium pipi gadis itu. Dan, tentu saja membuat Bilqis kaget. Cup "Abanggg " tegur Bilqis, dengan nada merajuk karena sedikit kaget. "Ha-ha-ha. Apa sih, kan udah sah ini. Jadi gapapa dong " "Tapi, malu tau ". "Malu sama siapa? Cuma ada kita berdua doang di sini.di kamar lagi ". jawab Devin semakin menggoda nya. Devin kembali memeluk Bilqis, kemudian meletakkan dagu di ubun kepala gadis itu. Terlihat begitu nyaman bisa memeluk Bilqis seperti sekarang ini. Sangat membuat nya tenang luar biasa. Dan mulai sekarang, kapan pun ia mau. Maka, ia akan memeluk istri nya itu setiap hari nya. Yuhuuuu.... Yang udah Sah... Mau ngapain aja mah bebas ya.. hahhaa... Btw jangan lupa Klik love nya dan komentarnya....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN