Kemesuman yang Hakiki

1960 Kata

"Maafkan aku, Mas!" ucap Cinta, yang sudah berada di dalam pelukan sang suami. Keduanya baru saja selesai melakukan aksi saling melepas rindu, dengan Athala yang tak berhenti, jika bukan karena melihat sang istri yang sudah mengibarkan bendera putih. Pukul tiga dini hari, mereka masih belum tertidur. Cinta yang biasanya kelelahan setelah beberapa kali merasakan pelepasan, saat ini hanya ingin berbicara demi menghindari rasa kesalahpahaman di antara ia dan sang suami —Athala. Berusaha membuka mata agar uneg-uneg yang masih mengganjal di hati dan pikirannya bisa terlepaskan. "Kita sama-sama salah. Tak ada yang benar di situasi ini," ucap Athala, sembari mengelus punggung sang istri yang telanjang di balik selimut. "Kalau boleh tahu, apa yang membuatmu pergi meninggalkanku?" tanya Ath

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN