Zahra berjalan dipinggir jalan dengan air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya. Zahra tidak tau harus kemana sekarang, tapi untuk saat ini ia harus berjalan sejauh mungkin meninggalkan tempat itu, tempat dimana dirinya tidak pernah mendapatkan kebahagiaan. ia berjalan sambil mengingat potongan demi potongan memori kecil dalam ingatannya. (Kita kan sudah suami istri pak, bapak boleh tidur satu ranjang sama Zahra?" Jawab Zahra. Afnan yang saat itu sudah menutup matanya pun seketika terbuka kembali. "Apa kamu pikir saya menganggap kamu sebagai istri saya?" Ucap Afnan. "Oh ayolah nona, Jangankan satu ranjang. Berdekatan dengan kamu saja, saya tidak Sudi." -Lanjut Afnan dengan nada mengejek. "Jangan bertingkah seolah-olah kita ini adalah suami istri pada umumnya. Karena pernikah