Harja terdiam sambil memikirkan jawaban yang tidak membuat istrinya itu naik darah. Nada suara Puspa sudah semakin meninggi, disertai deru napas yang memburu, dia tampak kesal sekali. “Mami Puspa sayang.” Harja mengecup kepala Puspa sambil memejamkan matanya, merasa bersalah di dalam lubuk hati yang terdalam. Entahlah, sejak mengenal Puspa dia memang tidak ingin menyakiti perasaan Puspa dan ingin memberikan segala yang diinginkan Puspa. “Baiklah, aku minta maaf. Aku salah telah ingkar janji kepadamu. Aku … tidak berterus terang. Aku memang merindukan anak-anakku. Mengenai mantan istriku, aku menghubunginya karena aku ingin memastikan apakah dia sudah menggunakan uang yang kamu berikan kepadanya dengan baik. Aku tentu saja ingin memastikan keadaan mereka.” “Tapi kamu sudah janji, Pi.” “B

