“Kita sama-sama punya pengalaman di masa lalu, kamu yang pernah menikmati satu burung, nggak salah kalo kepingin menikmati yang baru. Aku pun begitu, sudah beberapa jenis lubang aku masuki.” Tirta menghela napas panjang, mengingat malam-malam panas bersama wanita-wanita yang pernah dia nikahi dulu. “Aku mau tanya, Mas.” “Tanya saja.” “Apa rasanya berbeda?” “Ya, aku akui berbeda, tapi nikmatnya sama saja.” “Kalo kamu masuk, lalu kamu kecewa—” “Nin, aku mencintaimu, kamu mencintaiku. Aku pria yang berkomitmen. Kamu tahu? Dulu saat aku terdesak, aku menawarkan pernikahan ke perempuan-perempuan yang aku seriusi. Menikah, seks sehat, dan ketika mereka tidak suka aku, mereka pergi dan kami bercerai. Bukan salahku, ‘kan? Wanita-wanita itu yang lebih dulu menggugat cerai, ketika ingin mencob

