Nindya menunggu kedatangan suaminya di dalam kamar hotel dengan perasaan sedikit was-was. Masih ingat raut wajah Tirta yang gusar saat berada di aula tempat mereka menikah. Tirta baru saja mendapat panggilan dari kantornya di Jakarta, dan dia tampak kesal. Nindya menyadari bahwa dirinya tidak berhak bertanya, walaupun kini dia sudah menjadi istri pengusaha kaya raya itu. Apalagi suaminya itu tampaknya tidak mau dia tahu. Nindya menggeleng, bertekad akan tetap menanyakan masalah yang sedang dihadapi Tirta. Dia bukan Nindya yang dulu, yang selalu patuh dan tidak berani bertanya apapun tentang keadaan Harja dan pencahariannya. Nindya tidak mau tersiksa batinnya dan ingin Tirta berterus terang kepadanya. Bagaimanapun, Nindya tersenyum bahagia, mengingat Tirta berucap di depan penghulu dengan

