Tirta bergerak pelan sambil mengenang awal pertemuan dan perkenalan dengan Nindya. Sebenarnya dia sudah menyukai Nindya sejak bertemu di rumah sahabatnya. Secara fisik, Nindya adalah wanita idaman, dan ternyata sikap Nindya baik dan bersahaja, sampai mampu membuatnya kecewa saat mengalami penolakan. Mengingat masa-masa kekesalannya, Tirta bergerak lebih cepat dan menekan, dan tampaknya Nindya sudah mulai kewalahan. Tirta pun sejenak memperbaiki posisinya seraya menekan kedua kaki Nindya hingga tubuhnya menekuk. Lalu Tirta menarik kedua tangan Nindya sambil bergerak cepat. “Ayo, Nindya. Aku masih kuat, seberapa lama kamu mau? Hm?” ujar Tirta yang sudah bercucuran keringat di wajah dan di d**a. Dia terlihat semangat dan yakin bisa memuaskan istrinya. Nindya menggeleng dan merengek, menikm

