Nindya tersenyum di tengah kegiatan panasnya saat mendengar keinginan Tirta yang menggebu-gebu. Ucapan Tirta justru membuatnya semangat mengulum, menjilat dan memijat lembut dengan jari-jari rampingnya. “Kamu cantik, Sayang. Cantik sekali begini, apalagi jika aku masuk ke dalam tubuhmu, Nindya. Aku ingin melihat wajahmu keenakan saat aku masuk. Aku … aku … anumu pasti sempit, aku mau lubangmu, Nin. Hmmm.” Tirta terus meracau dan menggeram, pinggulnya bergerak maju mundur ke wajah Nindya saking geramnya, tidak peduli Nindya yang sesekali tersedak, juga tidak peduli batangnya yang sesekali tersentuh geligi Nindya. Dia tidak merasa sakit, karena kenikmatan sudah menguasai sekujur tubuh. Namun, Nindya tetap sekuat tenaga menghindarkan geliginya dari milik Tirta. Tirta menggila, dan Nindya y