Tirta mengatur deru napasnya yang masih memburu seraya mendekap pinggang Nindya yang berada di sampingnya. “Kamu mau, Sayang?” “Sudah, Mas. Sebentar lagi anak-anakku pulang. Kamu sebaiknya mandi lagi,” balas Nindya, memegang d**a bidang Tirta. Meski basah di area sensitifnya dan masih terangsang, Nindya masih mampu menahan diri untuk tidak berlebihan. Tirta berdecak, dia baru saja mandi di rumahnya. “Aku kepingin pegang anumu, Nin.” “Sudah ah, nanti malah dipergoki anak-anak.” “Ya di kamar dong. Masa di sini.” Nindya tertawa renyah, senang mendengar tawaran Tirta. Sedikit membandingkan mantan suaminya dulu yang setelah puas berhubungan, tidak mau peduli dan langsung tidur memunggungi. “Ya? Mau ya, Nin? Nanti aku kepikiran.” “Nggak usah, Mas.” “Aku masih kebayang-bayang kamu di kama