Bayu menemui Chelsea di dalam cafe setelah papinya pergi bersama pak RT dan pak Cokro menuju bandara. Tampak gadis itu sedang merapikan dan membersihkan peralatan di balik meja barista cafe bersama pegawainya. Chelsea tersenyum kecut ke arah Bayu, dan menggeleng lemah. Kini keduanya berdiri berhadap-hadapan, Bayu tampak kaku di depan Chelsea, tidak tahu harus bersikap. “Kamu baik-baik saja, Chelsea?” tanyanya pelan. Muncul kekhawatiran di benaknya melihat kesedihan dan kekecewaan di balik wajah Chelsea. Padahal beberapa waktu lalu dia melihat keceriaan di wajah gadis itu saat berada di rumahnya. Chelsea terisak. “Semuanya ludes, Bayu. Semua tabungan dari hasil jerih payahku tidak ada yang tersisa, juga seluruh perhiasan pemberian mamaku.” Barulah Bayu merasa harus lebih dekat, mendekap

