Meskipun sebelumnya Bayu sudah bisa menebak bahwa mamanya dan Tirta sudah terikat dalam janji suci pernikahan, tetap saja dia terkejut bahagia setelah mamanya mengakuinya di depannya. Nindya meraih tangan Bayu dan menggenggamnya erat, berucap dengan pelan, “Maafkan Mama, Sayang. Mama nggak bilang ke kamu dan adik-adikmu. Semua serba cepat dan sederhana. Mama dan om Tirta … sudah nggak mau berlama-lama berhubungan tanpa ikatan.” Nindya sangat mengharapkan pengertian Bayu. Bayu tersenyum, “Mama berhak menentukan kebahagiaan dalam hidup Mama. Aku juga sudah berpikir bahwa Mama dan om Tirta memang sudah sebaiknya menikah cepat, karena aku tahu Mama dan om Tirta sudah sedekat itu.” “Tapi Mama menikah diam-diam dulu, Yu. Belum secara resmi.” “Mau diam-diam atau nggak, yang terpenting bagiku

