Nindya yang tidak tahan sepi, pergi ke rumah Tirta, dia bertemu Susi dan Lince yang tengah beristirahat di teras belakang. Tentu saja mereka senang dengan kedatangan Nindya, tapi sejenak kemudian, mereka heran karena Nindya datang dengan wajah bingung. “Kenapa kamu nggak hubungi aku lewat telepon, biar aku saja yang ke rumah sana. Kamu nggak usah repot-repot ke sini,” ujar Susi, dia sedikit panik karena melihat Nindya yang bingung dan wajahnya yang juga pucat. “Aku nggak kepikiran, Bu.” “Ada apa, Bu Nin?” Lince ikut bertanya. Dia mendekap bahu Nindya. Nindya memandang Susi dan Lince bergantian. “Aku … mungkin hamil.” “Oalaaah. Nindyaaa.” Susi menutup mulutnya dan matanya langsung berkaca-kaca. Lince semakin erat mendekap bahunya. “Tapi aku belum periksa. Aku telat datang bulan saja,”

