Samuel tersenyum menyeringai, menatap Hanin yang masih duduk, mendongak untuk bisa menatapnya yang kini berdiri dihadapan. “Kamu pikir, aku percaya, hn? Aku tau, Hanin. Kamu cinta sama Galih. kamu mendekatiku hanya untuk kepentingan Galih. Bukan yang lainnya, cckk ....” Samuel menggeleng pelan. “Aku menyesali ketololanku kala itu. Memungutmu yang pura-pura bingung di stasiun.” “Mas ....” “Kesalahan dan penyesalan karna mengenalmu, termasuk dalam daftar penyesalan terdalamku.” Ucap Samuel dengan tatapan penuh kebencian. Hanin menangis, mengusap air mata yang kini mengucur. “Aku serius, aku ngomong jujur. Saat itu memang aku di manfaatkan Galih. aku—“ “Cukup, Han! Aku nggak mau lagi terjebak dengan kepalsuanmu. Berhenti menggangguku! Jangan halangi aku untuk kembali bahagia dengan manta