Beberapa hari kemudian Adel sudah kembali lagi ke apartemennya. Dia dan Riva menghabiskan banyak waktu bersama. Hubungan mereka makin erat, bahkan Riva sendiri tidak lagi memperlakukannya seperti majikan, melainkan teman dekatnya.
Riva datang tiba-tiba dan mengecup pipi Adel dari belakang sembari menyerahkan secangkir s**u coklat hangat untuknya. Gadis itu sedang berdiri di balkon apartemennya sambil memandang hamparan kota yang dipadati bangunan-bangunan tinggi.
“Kenapa belum tidur?”
Adel mengerucutkan bibirnya. “Nggak bisa tidur.” Ucapnya.
“Kenapa bisa?”
“Tadi tidur sore.” Guman Adel pelan. Riva mengangguk dan mendekapnya dari belakang. Adel tidak lagi merasa risih atau mengamuk, justru sebaliknya gadis itu menumpukan kedua tangannya pada tangan Riva di perutnya.
Mereka berada di l
