23. Indahnya Berbagi Axel duduk di sebelahku setelah sebelumnya ke kamar mandi. Aku tersenyum padanya dan kuserahkan ponselnya. “Tadi ada WA dari Egi...” Axel membaca pesan w******p itu. Dia menatapku. “Egi ini satu komunitas agnostik. Dulu dia seorang muslim. Sekarang antipati sama Islam. Sebenarnya aku kasihan juga sih. Dia dapat nikmat Islam sejak kecil, terlahir dari keluarga muslim yang taat, tapi memutuskan murtad saat remaja. Pernah aku ngajak dia buat kembali ke Islam, tapi tak mudah untuk mengetuk hatinya lagi. Aku masih berusaha untuk meyakinkannya, sama kayak usaha dia yang selalu memprovokasiku untuk meninggalkan Islam.” Aku speechless mendengarnya. Bahkan ketika kita terlahir dari keluarga muslim yang taat sekalipun, belum tentu nikmat Islam itu akan dirasakan hingga

