Ditya tak menanggapi ocehan Nadine sama sekali. Diam seribu bahasa. "Kenapa ga jawab?" ketus Nadine lagi. Ditya mengulurkan tangannya, menunggu Nadine menyambutnya. Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Nihil. Nadine menolak menyambut uluran tangan Ditya. Ditya tahu, istrinya itu sedang dalam mode aksi demo menolak damai. Ditya akhirnya memilih menggenggam tangan Nadine begitu saja, menariknya agar berdiri dari sofa dan mengikuti langkahnya menuju kamar Nadine. "Nadine ga mau!" sulut Nadine lagi. 'Ga mau apaan dah?' "Ya udah, duduk aja di ranjang. Tidur-tiduran dulu." Ditya masuk ke kamar mandi, sementara Nadine masih terdiam di balik pintu dengan wajah yang bisa meledakkan amarah atau tangis kapan saja. "Mau apa sih?" ketus Nadine lagi begitu Ditya keluar dari kamar ma