Part 7

1158 Kata
Sepuluh menit kemudian, setelah berkali-kali meminta tukang ojeknya untuk mengebut, Zehra sampai pada sebuah klub yang tampak seperti restoran di matanya. Ia mengerutkan dahi untuk melihat apakah lokasi yang dia tuju sudah benar. Namun kemudian pengemudi ojek online itu mengatakan bahwa klubnya berada di bawah tanah. Zehra menggumamkan terima kasih pada pengemudi ojek online itu seraya memberikan ongkosnya. “Neng gak mau bapak tungguin?” tanya pria itu dengan khawatir. Pasalnya penampilan Zehra tidak sesuai bagi penyuka club malam. Kau lengan pendek berwarna hitam polos dan rok kotak-kotak selututnya lebih cocok digunakan Zehra untuk duduk diam di perpustakaan alih-alih masuk ke sebuah klub malam. “Saya harus jemput teman saya di dalam pak, jadi tidak usah.” Jawab Zehra apa adanya. Pria itu hanya mengangguk dan kemudian melajukan motornya pergi. Dengan gugup, Zehra meremas ponsel yang ada di tangannya. Dia kemudian berjalan masuk dan mencari arah untuk masuk ke dalam klub yang dikatanya berada di bawah tanah itu. Saat menemukan tangga yang mengarah ke bawah, Zehra turun ke sana. Di ujung tangga, di depan sebuah pintu plat yang tebal, Zehra melihat dua orang pria bertubuh tinggi tegap, mengenakan pakaian serba hitam. Yang satu memiliki potongan rambut cepak rapi seperti anggota TNI dan yang satunya lagi rambutnya lebih panjang namun sama dipangkas rapinya. “Mau kemana?” tanya salah satu dari keduanya. Dengan gugup Zehra membuka kunci ponselnya dan menunjukkan undangan digital yang Marinka kirimkan lewat pesan yang diberikan gadis itu bersamaan dengan alamat pub itu berada. Kedua pria itu menganggukkan kepala dan kemudian membuka pintu untuknya. Zehra masih harus berjalan melewati lorong temaram sepanjang tiga meter sebelum benar-benar melihat keramaian yang ada disana. Suara ingar-bingar music yang tidak hanya memekakkan telinganya namun juga terasa menyakiti jantungnya coba ia halau. Banyak orang disana. Zehra bisa mengenali beberapa wajah yang ia tahu merupakan senior-seniornya di kampus yang juga merupakan teman Kamga dan teman dari orang yang saat ini sedang merayakan ulang tahun. Ia menelan ludahnya. Di antara lampu kerlap-kerlip dan suara yang memekakkan telinga itu, ia mencoba mencari keberadaan Marinka. Sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya, getarannya bisa dirasakan Zehra dan ia kemudian membacanya. Pesan itu datang dari ponsel Marinka yang mengatakan dimana Marinka berada saat ini. gadis itu telah terbaring di atas tempat tidur dengan posisi mata tertutup. Zehra tidak menduga bahwa Marinka akan berpakaian seperti itu. gadis itu mengenakan atasan tanktop berwarna hitam dan rok jeans yang teramat pendek, bahkan mencapai setengah pahanya. Dengan panik, Zehra mencari ruangan dimana Marinka berada. Ia benar-benar tidak mau Marinka dinodai oleh Kamga. Zehra bertanya pada pelayan yang sedang membawa minuman, dan pria muda itu menunjukkan kamar yang dicari Zehra meskipun wajahnya tampak kebingungan. Zehra menggumamkan terima kasih dan kemudian dengan cepat, merayap diantara orang-orang yang menari dengan lincahnya dan beberapa kali terhimpit dan terinjak, ia berhasil menemukan lorong yang menunjukkan dimana Marinka dibawa. Zehra berhasil menemukan kamar Marinka, dengan tak sabar dia menggedor pintunya dan kemudian terlihatlah wajah Kamga. “Apa yang kau lakukan padanya?” tanya Zehra dengan panik seraya berlari mendekati tempat tidur dimana Marinka terbaring tak berdaya. “Tidak ada.” Jawab Kamga dengan datarnya. “Aku hanya memberikannya minuman, sedikit.” Ucap pria itu seraya memberikan gambaran dengan telunjuk dan ibu jarinya. “Tapi dengan banyak obat tidur.” ucapnya lagi dengan kekehan. Zehra memandang pria itu dengan dahi mengernyit dan tatapan menuduh. “Apa yang kamu mau?!” tanyanya marah. “Kau tidak tahu apa yang akan Keanu lakukan padamu jika dia tahu apa yang kau lakukan pada adiknya!” ucap Zehra lagi dengan nada mengancam. Kamga mengedikkan bahunya dengan gerakan tak acuh. “Dia tidak akan melakukan apa-apa padaku, karena aku juga tidak berniat melakukan apa-apa pada Marinka.” Ucapnya santai yang malah membuat Zehra semakin bingung. Kalau dia tidak berniat melakukan apa-apa pada Marinka, lantas apa maksudnya semua ini. “Aku bahkan tidak tertarik padanya.” Lanjut pria itu lagi yang kembali membuat Zehra kebingungan. “Apa maksudmu? Kalau kau tidak tertarik padanya, kenapa kau mengajaknya berkencan?” tanya Zehra heran. “Karena aku ingin menarik perhatianmu.” Jawab pria itu dengan santainya. Tatapan matanya terarah pada Zehra, begitu dalam dan terlihat menyeramkan. “A-apa maksudmu?” “Aku menginginkanmu, sejak awal. Tapi kau terlalu bodoh untuk menyadari itu, atau kau sebenarnya menyadari itu tapi berpura-pura tak peduli? Kenapa? Kau ingin menguji kesabaranku?” tanya pria itu yang kini mulai berjalan mendekati Zehra. Zehra yang masih berusaha mencerna perkataan pria itu dibuat terkejut ketika kemudian Kamga meraih lengannya dan mencengkeramnya kuat. “Sejak awal, aku menginginkanmu. Gadis kutu buku yang bahkan tidak pernah menoleh dua kali padaku. Kenapa? apa yang membuatku tidak terlihat menarik di matamu sementara Marinka sendiri sampai tergila-gila padaku? Apa yang kurang dariku? Aku tampan, aku kaya, aku memiliki apa yang kalian para wanita butuhkan. Tapi kenapa kau tidak mau melihatku?” tanya pria itu dengan frustasi. “Kau mabuk?” tanya Zehra tak yakin. Ia mencium samar bau alkohol dari mulut Kamga, tapi pria itu jelas tampak sadar dan masih bicara dengan sangat jelas. “Tidak, aku sama sekali tidak mabuk. Aku sadar, sangat sadar. Akan semakin sadar saat aku bisa menyentuhmu seperti ini.” ucapnya. Sebelah tangannya terangkat dan kemudian mengusap wajah Zehra dengan teramat perlahan, teramat lembut. Seolah takut kalau sentuhannya akan menimbulkan keretakan di wajah Zehra. “Kupikir awalnya semua ini hanya ketertarikan biasa. Kau tahu, semacam rasa tertantang karena kau tidak peduli padaku. Tapi kemudian, karena rasa penasaranku, aku mencoba membuntutimu. Dan kau tahu, sekarang aku jatuh cinta padamu.” Ucap pria itu dengan lirihnya. “Semakin dekat aku dengan Marinka, semakin banyak dia menceritakan tentangmu, semakin aku menginginkanmu. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya untuk mendekatimu. Aku tahu kalau kau akan menatapku jika aku melakukan sesuatu pada Marinka. Dan aku tahu kalau kau akan datang padaku jika aku menggunakan Marinka sebagai umpan. Sama seperti saat ini.” aku pria itu dengan jujur. Zehra menggelengkan kepalanya. “Kau gila?” itu bukan pertanyaan, bukan pernyataan, tapi tuduhan. Bukannya mengelak, Kamga malah tertawa dan menganggukkan kepalanya berkali-kali. “Ya, aku gila. Aku gila karena kau, Zehra. Aku jatuh cinta padamu. Aku menginginkanmu untuk diriku sendiri.” ucap pria itu lagi. Kedua tangannya meraih wajah Zehra. Zehra tahu, ada sesuatu yang lain yang diinginkan pria itu darinya ketika tatapan pria itu terarah pada bibirnya. Ia membelalak seketika dan berusaha mendorong Kamga dengan keras, namun tenaga pria itu jauh lebih kuat darinya. bukannya bisa lepas, Kamga malah membelitkan sebelah tangannya di pinggang Zehra sehingga Zehra terikat padanya. Pria itu kembali berusaha mencium bibirnya dan Zehra kembali berusaha menjauhkan wajahnya dengan menekuk sikunya di depan d**a pria itu dan kedua telapak tangannya berusaha mendorong wajah Kamga menjauh darinya. Tepat di saat yang bersamaan, pintu kamar itu kembali dibuka dengan keras dari luar. Disana, diantara keremangan cahaya lorong, Zehra bisa melihat Keanu. Wajahnya yang tampak menahan amarah dan tatapannya yang tampak begitu tajam terarah pada mereka secara bergantian. Pada Zehra, Kamga dan Marinka yang tergeletak tak berdaya di atas tempat tidur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN