Chap. 19. Tingkah Yang Aneh

1571 Kata
Di dalam ruangannya, Reino tidak berhenti tersenyum di kala mengingat kejadian makan malam untuk pertama kalinya dengan Senarita. Hanya meminta sesuatu yang kecil seperti itu, sampai-sampai membuat wajah wanita yang sekarang tinggal bersama dirinya tersebut begitu takut. Takut jika saja dirinya akan marah. Padahal Reino juga sangat memaklumi hal tersebut. Bukan cuman sebuah keinginan semata, melainkan memang sebuah kebutuhan. Perubahan yang terlihat tampak sangat aneh tersebut tidak luput dari perhatian Arga yang selalu menempel pada Reino, jika mereka berada di dalam kantor seperti sekarang ini. Bahkan Arga sampai ingin mengusulkan Reino untuk segera pergi ke dokter guna memeriksakan kesehatannya. Terlebih lagi pada sikapnya yang akhir-akhir ini sangat berubah. “Apa Tuan baik-baik saja? Atau ada hal yang sangat membahagiakan sehingga membuat Tuan terus tersenyum sepanjang pagi ini?” tanya Arga yang sudah tidak tahan lagi. Pria yang beberapa tahun selalu menemani Reino tersebut tampak begitu penasaran. Arga merupakan pria yang tidak akan segan untuk menanyakan sesuatu, jika hal itu mampu mengusik rasa penasarannya. Namun, ia masih tahu betul sampai mana batasannya terhadap atasannya tersebut. Bukannya menjawab pertanyaan Arga, Reino justru semakin mengembangkan bibirnya sangat lebar. Iya, sangat lebar dan tidak seperti biasanya. Lalu dilanjutkan dengan suara kekehan. Semakin membuat Arga memicingkan matanya curiga pada sikap atasannya yang tidak normal menurutnya. “Apa kamu yakin ingin tahu alasannya?” tanya Reino di sela tawanya yang tertahan. Sebab tidak mungkin ia tertawa keras, sedangkan dirinya saat ini tengah berada di kantor. “Boleh?” Arga memastikannya kembali. Tawa Reino langsung sirna, berganti dengan wajahnya yang berubah menjadi serius. “Tidak.” Sahutnya cepat. Lagi dan lagi sikap Reino yang seperti itu mampu menaikkan rasa geram Arga. Namun, apalah daya dirinya yang hanya seorang bawahan. Arga hanya bisa menghela napasnya kasar. Berusaha meredam rasa jengkelnya pada atasannya tersebut. Biar bagaimanapun juga, ia harus menghargai keputusan tersebut meskipun sangat menjengkelakan. Sebab rasa penasarannya belum terpuaskan sama sekali. “Ya sudah,” balas Arga. “Lalu kenapa tadi make tanya segala,” gumamnya lirih dengan perasaan yang begitu dongkol. Reino memang dengan sengaja tidak memberitahukan hal tersebut pada asistennya. Ia tidak mau jika dinilai bucin pada orang yang baru dikenalnya. Sedangkan asmaranya dengan Vreyya dulu juga pernah seperti itu, tetapi kandas juga. Reino hanya tidak mau mengulang sejarah itu kembali. Maka dengan penuh kehatian, pria itu berusaha untuk tidak memperjelas perasaannya dan mengurangi pengungkapan apa yang sedang dirasa saat ini. Oh, ya. Apa jadwalku sekarang?” tanya Reino dalam mode serius. Senyuman yang sempat mengembang di bibirnya pun juga sirna. Pria itu kini fokus membuka berkas yang ada di tangannya. Arga yang siap kembali pada posisinya, lalu dengan sigap langsung membuka tablet yang ada di tangannya saat ini. Di mana semua jadwal dan juga file-file penting tersimpan dalam benda pipih namun lebar tersebut. Hal itu sangat memudahkan Arga dalam melakukan perkejaannya. “Nanti setelah makan, anda harus bertemu dengan Nona Kenanga, Tuan.” Jawab Arga juga dalam mode serius. Tidak ada lagi wajah santai seperti sebelumnya. Reino tampak megingat nama tersebut. Tetapi juga tidak kunjung ingat. Hingga Arga melanjutkan ucapannya. “Nona Kenanga merupakan wakil direktur dari perusahaan NJ Food, Tuan.” Jelas Arga kemudian di kala melihat raut bingung di wajah Reino. “Ah … iya. Aku ingat dia!” seru Reino yang mendapatkan ingatannya kembali pada sosok wanita yang begitu mandiri dan sukses. Benar-benar type banyak pria. Akan tetapi tidak baginya. “Kalau begitu, kamu saja yang mewakilkan, ya?” tukas Reino dengan tatapan yang tegas. Itu artinya Argga tidak bisa membujuk Reino untuk hadir dalam pertemuan tersebut. “Tolong sebutkan alasan anda, Tuan. Agar nanti saya bisa menjawab, jika Nona Kenanga mempertanyakan perihal ketidakhadiran anda. Sedangkan pertemuan ini bukanlah pertemuan biasa. Anda masih ingat, bukan?” sebisa mungkin Arga harus bersikap professional. Meskipun sekarang kerap kali atasannya itu meleyot dari jadwal yang sudah ia atur dalam beberapa bulan yang lalu. Reino tampak berpikir sejenak. Memang ini bukanlah hanya sekedar pertemuan biasa. Mereka akan melakasanakan mega proyek besar yang akan berlangsung bulan depan. Sehingga hal itu membutuhkan kehadiran dari Reino sendiri. “Memang tidak bisa, ya.” Gumam Reino kemudian. Sebenarnya Reino tahu betul jika pertemuan ini akan membahas kerja sama mereka dalam mega proyek yang akan berlangsung bulan depan. Namun, ia semalam sudah terlanjur berjanji pada Senarita untuk mengajak wanita itu jalan-jalan di mall, sambil makan siang di sana. Juga wanita itu ingin menonton film yang sangat familiar di benaknya. “Apa ada hal yang lebih penting dari ini?” tanya Arga tidak mengerti jalan pikiran bosnya akhir-akhir ini yang tidak berjalan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. “Hanya mau nemanin Rita saja ke mall,” jawab Reino yang kemudian mengulurkan tangannya ke depan. Membuat Arga bingung menatap tangan atasannya yang mengarah pada dirinya. “Apa, Tuan?” tanya Arga dengan tatapan bingung. “Ponsel kamu mana. Aku mau telpon Rita sebentar.” Ujar Reino seraya menggerakkan tangannya. “Apa perlu saya yang menemani Nona Rita jalan-jalan ke mall, Tuan?” tawar Arga seraya menyerahkan ponselnya pada Reino. Sebab pria itu pasti mau menghubungi nomornya sendiri menggunakan ponselnya. Karena ponsel pribadi Reino masih di tangan Senarita. Bosnya itu pasti enggan untuk memintanya kembali. Terlebih lagi wanita itu tidak mau dibelikan ponsel yang baru oleh Reino. “Nggak perlu!” sahut Reino cepat dengan memberikan lirikan begitu sinis pada asistennya tersebut. Mana mungkin ia membiarkan Senarita keluar rumah dengan pria lain. Sedangkan wanita itu hanya mengenal dirinya. Sudah pasti wanita itu akan merasa kurang nyaman. Lebih lagi keadaannya belum begitu pulih. Takutnya jika Arga tidak bisa menjaganya. Setelah sambungan teleponnya di angkat oleh Senarita, Reino langsung menempelkan ponsel milik Arga ke telinganya. Wajahnya kembali berubah sumringah lagi, seperti di saat pria itu baru tiba di kantor. “Sedang apa?” tanya Reino pada seseorang yang ada di seberang sana. Senyumannya pun tidak pernah pudar sedikit pun. “Lagi baca novel dari aplikasi, Mas. Kamu sendiri kok telpon jam segini? Bukannya masih kerja ya? Memang nggak di marahin sama bos kamu?” cecar Senarita. Karena merasa bosan sendirian di rumah, sedang orang yang di datangkan oleh tunangannya itu belum datang. Sehingga Senarita mengusir rasa bosannya dengan cara membaca sebuah cerita yang disuguhkan dari salah satu aplikasi baca. Sementara itu Reino berusaha untuk menahan tawanya agar tidak terdengar oleh Senarita. Mendengar Senarita yang malah mengkhawatirkan dirinya akan dimarahi oleh atasannya, membuat perut Reino sampai kram. Bisa-bisanya wanita itu berpikir seperti itu. Padahal rumah yang mereka tinggali sekarang saja sudah membuktikan jika dirinya bukanlah karyawan biasa. “Atasanku sedang mantau proyek di luar,” jawab Reino mengikuti laur pemikiran Senarita. Arga yang mendengarnya pun langsung melebarkan matanya. Drama apalagi yang akan bosnya ini perankan. Namun, pria itu tidak berani protes dan hanya menyimaknya saja sambil emnggerutu di dalam hati. Sebab mereka melakukan panggilan dengan waktu yang lumayan lama. Baru di menit ke sepuluh, Reino menyudahinya. “Tunggu!” teriak Reino ketika Senarita berpamitan ingin memutuskan sambungan telepon mereka. “Ada apa lagi, Mas?” tanya Senarita dengan nada sedikit kesal. Wanita itu ingin segera mmebuka apllikasi yang mampu menghibur dirinya dan membuatnya begitu penasaran dengan cerita yang tengah ia baca tadi. Sebelum mendapat gangguan dari Reino yang menelpon dirinya. “Kamu segera bersiap, setelah ini Arga akan menjemputmu. Ingat, pakai pakaian yang agak tertutup. Jangan terlalu terbuka, juga jangan terlalu ketat. Sebab luka yang ada di tubuhmu belum mongering sepenuhnya.” Titah Reino dengan segala larangannya pada wanita yang mampu menariknya dari rasa patah hati pada mantan kekasihnya dengan waktu yang begitu singkat. “Memangnya mau kemana?” tanya Senarita dengan dahi yang mengkerut. Meskipun bosan, tetapi ia hanya ingin rebahan saja hari ini. Memang, ia punya janji dengan Reino. Hanya saja setelah mengetahui ada hal yang lebih menyenangkan dari jalan-jalan, Senarita memutuskan untuk tidak mengingatkan Reino akan janji mereka dan rebahan saja di rumah sembari membaca cerita-cerita yang seru. “Udah … bersiap saja. Ingat, kunci rumahnya rapat-rapat ya.” Ujar Reino tanpa mau menjelaskan ke mana mereka akan pergi nanti. Sedangkan Arga, lagi dan lagi melebarkan matanya di kala dirinya ditarik masuk ke dalam rencana atasannya tersebut. Sementara ia tidak tahu menahu apa yang direncanakan oleh Reino. “Maksud, Tuan?” tanya Arga dengan tatapan protes pada Reino. Reino mengulas senyumnya seraya menatap Arga penuh dengan sejuta maksud yang mampu membuat pria yang ada di hadapannya tersebut mundur satu langkah dari tempatnya semula. “Seperti yang kamu dengar. Jemput dia dan bawa dia ke sini, jikalau waktu tidak memungkinkan untukku mengajaknya jalan-jalan, maka aku akan mengajaknya bekerja. Ya, hanya untuk menemani diriku saja. Agar dia juga tidak merasa bosan di rumah. Siapa tahu saja nanti dengan dia sering keluar rumah, maka akan cepat pula penyembuhan ingatannya.” Jelas Reino. Arga pun akhirnya mengangguk paham dengan maksud dari atasannya tersebut. Maka pria itu tidak melajukan protesnya lagi dan langsung melaksanakan apa yang reino tugaskan untuk dirinya. “Jangan lupa, Ga. Buat penampilannya berubah. Jangan terlihat sama dengan yang ada di foto yang aku tunjukkan padamu kemarin lusa.” Ingat Reino pada Arga. Meskipun ingin mengajak Senarita keluar, Reino tidak bepikiran untuk membuat wanita itu kembali pada penampilannya sebelumnya yang terlihat sangat sopan dan formal. Seperti di saat pertama kali mereka bertemu. Reino tidak akan membiarkan jati diri Rita tetap melekat pada Senarita yang sekarang ini. Sunggu licik, bukan? “Kirain beneran mau segera dikembalikan. Rupanya masih mau dikekepin,” gumam Arga dengan suara yang lirih. Tentu saja tidak di dengar oleh Reino. Sebab pria itu sudah keluar dari ruangan atasannya yang selalu bertingkah aneh akhir-akhir ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN