Tidak mau dianggap tidak berguna dan hanya bisa menyusahkan, terlebih lagi ia bosan hanya disuruh duduk dan berbaring terus menerus. Senarita ingin melakukan sesuatu sembari mengingat apa yang ia pernah perbuat dulu. Meskipun efeknya akan membuat kepalanya begitu sakit. Lantas, wanita itu membawa dirinya untuk memasuki area dapur yang ada di rumah Reino.
Terkadang dia begitu heran. Rumah sebesar ini kenapa tidak ada satu orang pun yang bertugas untuk membersihkannya. Meskipun begitu, keadaan rumah ini begitu rapid an bersih. Padahal di dalam kulkas juga banyak terdapat bahan makanan.
“Apa Mas Reino memasak sendiri selama ini?” tanya Senarita pada dirinya sendiri, ketika membuka lemari pendingin tersebut.
Lalu wanita itu terus menelusuri dapur Reino yang begitu rapi. Semua peralatan masak berada pada tempatnya dan tidak ada debu sedikit pun yang menempel pada benda-benda itu. Seolah memang semua benda itu tidak hanya sebagai pajangan saja, melainkan juga dipakai setiap harinya.
Puas menjelajah di area dapur, Senarita mulai mengikat rambutnya ke atas dan di cemol seadanya. Kemudian tangannya mengambil ponsel yang ia taruh di atas meja makan berukuran panjang yang ada di belakangnya. Untuk kemudian mengusap layarnya, mencari menu yang menampilkan berbagai video sesuai apa yang ia inginkan.
Senarita memilih untuk membuka video yang sudah ia download sewaktu Reino memberikan ponselnya kepada dirinya untuk sementara waktu. Karena pria itu tadi tidak sempat membelikan Senarita ponsel baru. Sedangkan Reino berkata akan memakai ponsel milik Arga. Menonton dan mengamatinya sebentar, Senarita terlihat begitu khusuk dalam menyimak video yang menampilkan orang memasak sembari menerangkan tata cara serta nama bahan yang akan dia gunakan.
Sesekali Senarita mengambil bahan yang seperti ada di dalam video tersebut, lalu ia taruh di atas meja. Sesekali matanya memperhatikan video itu lagi. Takut-takut jika ia salah mengambil bahan yang akan ia masak untuk makan malam nanti bersama Reino. Untung saja kulkas yang ada di rumah Reino sudah mirip seperti kantong animasi kartun yang ada di televisi yang menyerupai kucing itu. Jadi, dia tidak begitu kesusahan untuk menyamakan masakannya nanti. Karena bahannya sudah sama persis.
Dengan bekal keyakinannya atas apa yang diucapkan oleh Reino jika dirinya dulu sangat suka sekali memasak, maka Senarita mencoba menggali lagi bakatnya. Meskipun memorinya sebagian hilang, namun jika memang dirinya memiliki bakat, itu tidak akan pernah terlupakan sama sekali.
Senarita ingin membuat menu yang mudah sekali, jika dilihat dari orang yang ada di video tadi melakukannya. Pertama-tama dia mulai mengiris bawang yang sudah terkupas di dalam kulkas, begitu pun bawang merah juga cabe. Sehingga dirinya tinggal mengambil seberapanya. Setelah selesai menyiapkan bumbu, Senarita kemudian mulai mengrisi wortel, jamur, sawi, dan juga kol putih. Tidak lupa pula pentol juga sosis yang ternyata juga tersedia di dalam kulkas milik Reino.
Benar-benar bak kantong Doraemon saja. Apapun serba ada di dalam sana. Senarita juga mencoba untuk membuat ayam geprek. Tentu saja, semua itu ia pelajari dari video yang dia tonton dari aplikasi tub tub.
Meninggalkan wanita yang saat ini tengah berkutat di dapur dan mencoba menggali kembali bakatnya, di sebuah tempat pembangunan hotel Amarilis, Reino tampak begitu sibuk. Berjalan ke sana kemari hanya untuk memastikan sendiri pembangunan hotel yang akan ia resmikan awal tahun depan. Bertepatan dengan ulang tahun Vreyya, mantan kekasihnya.
Jika mengingat hal itu, ingin sekali Reino mengubah jadwalnya. Akan tetapi semua yang sudah terencana dengan begitu matang, tidak bisa seenaknya saja ia ubah. Meskipun dirinya bisa melakukannya, namun ia memikirkan para karyawan yang sudah mendaftar untuk bekerja di hotel barunya.
“Tuan, sebaiknya anda istirahat terlebih dulu,” pinta Arga yang sedari tadi melihat atasannya itu tidak mendaratkan tubuhnya di kursi yang sudah mereka sediakan.
“Aku ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini, Ga. Aku tidak tega meninggalkan Rita terlalu lama di rumah sendirian, sedangkan ini hari pertamanya keluar dari rumah sakit dan baru pertama kali ke rumahku yang sudah pasti terasa asing baginya,” tutur Reino.
Rupanya pria itu sedari tadi tidak istirahat hanya karena ingin cepat selesai dan pulang. Hal itu sampai membuat Arga terbengong di tempatnya. Meskipun pria yang menjadi atasannya tersebut terkenal begitu lembut terhadap pasangannya, namun Arga tidak menyangka jika Reino juga begitu pada wanita yang baru dikenalnya. Bahkan latar belakangnya saja mereka tidak tahu.
Dulu, sewaktu masih bersama Vreyya, pria itu tetap mengedepankan pekerjaannya terlebih dulu. Tidak seperti sekarang ini. Meskipun raganya ada di sini, namun nyatanya pikirannya selalu dipenuhi oleh wanita asing. Benar-benar Arga semakin tidak mengerti kebiasaan baru atasannya tersebut. Walaupun begitu ia tidak mau ikut campur terlalu dalam, jika tidak diminta. Karena Arga tahu betul di mana posisinya saat ini. Meskipun ada sedikit kecurigaan mengenai wanita yang dibawa pulang oleh Reino.
Sedangkan Reino baru tersadar dengan apa yang diucapkan barusan. Kenapa dirinya begitu ingin segera pulang? Sementara selama ini ia begitu menikmati pekerjaannya meskipun harus lembur setiap hari dan akan menghabiskan waktu pekannya dengan wanita yang ternyata berkhianat padanya.
Ada apa denganku? Kenapa aku seolah begitu mengkhawatirkan wanita itu? Batin Reino yang tidak mengerti dirinya sendiri saat ini.
Tidak mau terganggu pekerjaannya, Reino segera berpindah ke lokasi lain yang belum ia datangi. Daripada pekerjaannya tak kunjung selesai hanya karena memikirkan keadaan Senarita yang sekarang entah sedang apa. Begitupun Arga langsung mengikuti langkah kemanapun atasannya pergi.
Hingga pada akhirnya Reino berhasil menyelesaikan pekerjaannya pada pukul enam sore. Pria itupun langsung meminta Arga untuk mengantarkan dirinya pulang ke rumah. Entah mengapa ia tidak sabar ingin segera sampai di rumah. Ingin melihat apa yang sedang dilakukan oleh tunangan dadakannya.
Selang beberapa menit, mobil yang ditumpangi Reino pun sampai di depan rumahnya. Reino langsung menyuruh Arga untuk berputar balik tanpa memberikan tumpangan hanya untuk sekedar makan malam saja. Karena pria itu tiba-tiba saja tidak ingin diganggu waktu berduanya denga wanita yang sifatnya berbanding terbalik dengan sebelum hilang ingatan.
Jika saja wanita itu ingat lebih cepat, maka sudah ada di bayangan Reino kalau Senarita bakalan menuduhnya sebagai pria m***m yang selalu memanfaatkan keadaan. Seperti dulu di waktu pertama mereka bertemu. Dengan mudahnya Reino move on dari cintanya yang gagal. Dan ternyata itu semua tipuan belaka. Sampai-sampai ia harus rugi miliyaran hanya karena mantan kekasihnya itu membocorkan perencanaannya pada tender besar ke suaminya sendiri. Benar-benar b*****t, bukan?
“Besok jemput aku jam delapan saja, Ga. Aku mau ngajak Rita keliling komplek sini terlebih dulu,” titah Reino setelah turun dari mobil. Membuat Arga membeo di tempatnya. Pasalnya atasannya itu tidak pernah olahraga di luar rumah. kalaupun dilakukan di luar rumah, itu akan dia lakukan pada waktu weekend saja. Bukan di hari kerja seperti besok.
“Baik, Tuan,” hanya itu yang bisa Arga ucap. Meskipun Reino tidak akan mendengarnya, karena pria itu sudah menghilang di balik gerbang rumahnya. Arga pun mengemudikan mobil melaju menuju apartemennya sendiri.
Sementara itu Reino membawa langkahnya masuk ke dalam rumahnya. Hatinya berdebar tak menentu. Entah apa penyebabnya, ia merasa gugup. Padahal ini rumahnya sendiri. Tidak pernah Reino rasakan seperti ini sebelumnya. Tidak mau berlarut pada perasaannya yang tidak jelas, pria itu memilih untuk mengambil langkah besar, masuk lebih dalam lagi.
Ketika sampai di ruang tengah, indera penciumannya menangkap bau yang lumayan enak. Buru-buru Reino menaruh tas kerjanya di sofa yang ada di ruang tengah, mengendorkan sedikit dasi yang melilit lehernya seharian ini. Cepat-cepat menuju ke arah sumber berasalnya bau yang sangat menyeruak serta menggelitik hidungnya. Sampai-sampai cacing di perutnya bersorak memberontak minta segera diberi makan.
“Rita,” panggil Reino sembbari menaruh tas kerjanya di atas sofa, serta melepas jasnya. Pria itu melangkah menuju dapur, sebab tercium aroma masakan yang begitu menggoda.
Sedangkan Senarita yang sudah selesai dengan masakannya, tinggal menghidangkannya saja, langsung mematikan kompor lalu berbalik badan setelah mendengar suara Reino.
“Ah, Mas. Kamu sudah pulang?” tanya Senarita agak kaku. Sebab ia masih merasa asing dengan adanya Reino di sampingnya. Mungkin karena sebagian ingatannya yang hilang, itulah penyebabnya.
Reino lantas langsung mendekat ketika melihat Senarita berkutat di dapur. Cepat-cepat pria itu memeriksa bagian tubuh Senarita, dan malah mengabaikan pertanyaan dari wanita itu.
“Apa yang sedang kamu lakukan, Rita? Kamu kan baru keluar dari rumah sakit. Nanti kalau kamu kenapa-napa lagi bagaimana? Apa ada yang sakit?” cecar Reino dengan raut wajah yang begitu khawatir. Pasalnya jika terjadi sesuatu pada wanita itu, ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Sedangkan melakukan pencarian jati diri wanita itu saja, sampai sekarang Reino belum bisa mengungkapkannya. Sebab tidak ada jejak sedikit pun mengenai wanita yang sekarang ini menjadi tunangannya.
Senarita sendiri mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar berbagai macam cecaran pertanyaan yang dilontarkan oleh Reino. “Aku tidak apa-apa, Mas. Aku hanya membuat makan malam kita.” Jelas Senarita seraya menahan tawanya. Ia baru tahu, kalau tunangannya ini rupanya begitu perhatian dan sikapnya terlalu over pada dirinya.
“Ah … syukurlah.” Sahut Reino dengan sikap yang canggung. Reino sadar jika dirinya bersikap berlebihan pada Senarita. ia sendiri juga tidak menyangka jika sikapnya akan seperti ini.
Reino pun langsung menarik diri dan menajga jarak. Tidak seperti barusan yang tanpa canggung langsung menyentuh tubuh wanita itu, membalikkannya kesana kemari. Untung saja Senarita tidak marah ketika ia sentuh. Jika saja wanita itu ingat akan memorinya, maka sudah pasti Reino akan dipukuli sampai lebam dan akan diteriaki sebagai cowok yang m***m.
“Ya sudah, kalau begitu aku mandi dulu, Mas. Baru setelah itu kita makan bareng,” ujar Senarita yang lebih dulu pamit masuk ke dalam kamarnya.
Bukan tanpa alasan ia melakukan hal tersebut. Mau melayani kebutuhan Reino lebih jauh lagi, ia tidak lupa jika status mereka masihlah tunangan. Dan Senarita mengerti batasannya.
Reino hanya menganggukkan kepalanya. Ia juga merutuki kebodohan dirinya yang baru saja ia lakukan. Bukannya apa, Reino hanya tidak mau terjadi apa-apa pada wanita itu, selagi wanita itu berada dalam tanggungjawabnya. Sebab dia juga tidak tahu harus ke mana, selain menggantungkan dirinya pada Reino.
Tidak berselang lama, mereka pun keluar kamar hampir bersamaan. Senarita sedikit canggung dan langsung menundukkan kepalanya, di kala pandangan mereka bertemu. Sedangkan Reino berusaha untuk bersikap biasa saja. Seperti tidak terjadi apa-apa di antara mereka.
Mereka pun melangkah menuju ruang makan tanpa adanya obrolan. Mereka saling diam dan berkutat dengan pikiran masing-masing. Hingga sampai di ruang makan, Senarita mengambilkan nasi untuk Reino, serta lauk pauknya yang sudah ia masak sore tadi. Lalu mengambil untuk dirinya sendiri. Kemudian duduk tepat di seberang Reino. Ya, mereka duduk berhadapan dan hanya terhalang meja yang memisahkan mereka.
“Ngapain aja seharian ini?” tanya Reino berusaha untuk membuat suasana menjadi nyaman, tidak canggung seperti sebelumnya. Bagaimanapun juga Senarita pasti merasa kesepian. Tidak ada teman untuk di ajak ngobrol. Lebih lagi wanita itu merasa baru dilahirkan ke dunia ini. Tidak mengenali siapa-siapa, selain dirinya.
“Nggak ada. Hanya mainin hp-nya kamu aja, sambil keliling rumah.” jawab Senarita seraya memasukkan satu sendok penuh dengan makanan.
Tidak ada rasa canggung lagi, jika hal itu menyangkut mengenai makanan. Sebab sedari tadi perutnya terasa begitu lapar, namun harus ia tahan sampai Reino pulang. Akan tidak sopan jika dirinya makan terlebih dulu, sedangkan tuan rumahnya belum pulang. Parahnya lagi jika Reino ternyata belum makan.
Reino baru sadar, jika dirinya belum membelikan hp buat Senarita. “Mau beli hp setelah ini?” tanya Reino tiba-tiba. Membuat Senarita menghentikan kegiatannya, demi menatap ke arah Reino.
“Untuk apa, Mas? Kan nggak ada yang mau aku hubungi juga.” Tolaknya yang memang tidak mengenali siapapun di dunia ini, selain Reino. Dunianya benar-benar mengenaskan sekarang ini.
Ada perasaan kasihan ketika mendengar Senarita berkata seperti itu. Ia tahu betul, bagaimana perasaan Senarita sekarag ini. Sebab Reino pernah merasakannya ketika tinggal di Roma sendirian demi menempuh pendidikan di sana. Benar-benar terasa seperti orang baru.
“Nanti juga bakalan ada temannya. Pelan-pelan saja,” sahut Reino yang kemudian melanjutkan makannya. Tidak mau melanjutkan pembahasan seperti ini, takut jika perasaan Senarita akan semakin sedih.
Senarita pun juga sama. Wanita itu melannjutkan makannya. Namun, belum sampai makanan yang ada di piringnya itu habis, Senarita menaruh sendok yang ada di tangannya itu di atas piring hingga menimbulkan suara klunting. Membuat Reino mengalihkan pandangannya pada wanita yang ada di hadapannya saat ini.
“Kenapa?” tanya Reino dengan tatapan penuh tanya. Melihat sikap Senarita yang tiba-tiba jadi aneh.
Sementara itu Senarita terlihat enggan untuk mengatakan keinginannya pada Reino. Sebenarnya ia tidak mau membuat pria itu kerepotan karena dirinya. Hanya saja Senarita juga sangat membutuhkan hal ini. Siapa tahu saja, dengan dirinya yang bersosial dengan orang banyak, maka ia akan dengan cepat pula mengingat semua memori yang masih tertutup.
“Katakan saja. Jika aku bisa, akan aku turuti.” Sahut Reino lagi. Jantungnya cukup berdebar, di kala melihat keraguan di wajah cantik Senarita yang tanpa tertutup oleh make up. Benar-benar polos.
Reino hanya takut, jika wanita itu meminta untuk pindah dari rumah ini dan memint untuk tinggal di rumahnya sendiri. Sedangkan dirinya tidak tahu siapa keluarga wanita yang ia ketahui namanya Rita tersebut. Hanya sebatas itu yang Reino tahu.
Senarita yang ragu untuk mengatakan keinginannya pun, menggelengkan kepalanya. Mungkin ini terlalu cepat, tetapi dirinya juga tidak bisa menahan rasa kesepian itu lebih lama lagi.
“Nggak jadi,” tukas Senarita kemudian. Wanita itu pun melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Membuat kejanggalan pada pandangan Reino.
Reino merupakan pria yang tidak suka dibuat penasaran seperti ini. Ia mudah tidak sabaran, dan akan berujung pemaksaan. Pun begitu sekarang yang dilakukan oleh Reino. Pria itu menaruh sendok dan garpu di masing-masing sisi piring. Lalu melipat kedua tangannya di depan d**a. Menatap penuh intens pada wanita yang sekarang malah bersikap seolah tidak pernah berkata sesuatu. Benar-benar merasa tidak bersalah sama sekali pada dirinya.
“Katakan sekarang, atau aku paksa.” Tegas Reino dengan tatapan yang penuh menuntut. Sebuah tatapan yang membuat Senarita terhentak seketika. Terlihat sangat mengerikan di mata Senarita. Sampai-sampai membuat tubuh wanita itu menegang karena takut dengan tatapan penuh imtimidasi dari pria yang ada di hadapannya saat ini.