Reino tidak mengidahkan larangan Senarita sedikit pun. Pria itu sudah terlanjur terbawa suasana, lebih tepatnya tersihir dan sangat ingin merasakan kelembutan benda kenyal yang terpampang begitu menggoda hadapan dirinya saat ini. warna merah muda alami tanpa adanya polesan zat kimia, benda itu begitu terlihat menggiurkan di matanya. Lantas Reino semakin memajukan wajahnya, semakin dekat hingga napas mereka bertabrakan. Bahkan ujung hidung mereka yang sama-sama mancung pun sudah saling bersentuhan.
“Ma-Mas, jangan sepe—“ ucapan Senarita terpaksa berhenti ketika ada dua buah benda kenyal yang menempel di bibirnya. Hanya menempel saja, hal itu sudah berhasil membuat tubuhnya membeku tidak bisa bergerak. Matanya berkedip-kedip guna mencerna apa yang sedang terjadi pada dirinya. Hembusan napas kian terasa terasa dan bahkan merebut sebagian oksigen darinya.
Sementara Reino menikmati sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Meskipun sudah pernah ciuman dengan mantan kekasihnya, namun ia tidak pernah merasa seperti apa yang ia rasakan saat ini. Pria itu masih betah di posisinya yang seperti ini. Mulanya hanya menempelkannya saja, namun lama kelamaan karena merasa begitu penasaran, Reino mencoba menyentuh dengan ujung lidahnya. Menyapu permukaan bibir Senarita yang terkatup begitu rapat dan tubuhnya begitu tegang.
Menyadari jika sepertinya Senarita begitu shock dengan apa yang ia lakukan, Reino segera menjauhkan wajahnya dan bangkit dari atas tubuh Senarita yang sempat ia tindih. Padahal mulanya Reino hanya ingin menggoda Senarita saja. Tetapi pesona yang dimiliki wanita itu begitu kuat hingga mampu menarik dirinya semakin dalam dan melakukan hal yang lebih dari sekedar menempel saja.
“Maaf,” ucap Reino sembari membenahi penampilannya yang terlihat kusut. Ia berusaha bersikap tenang, padahal nyatanya begitu gugup dan jika melihat ke arah bibir Senarita, rasanya ingin sekali menerkam wanita itu. Namun, Reino harus bisa menahannya. Karena biar bagaimanapun mereka tidak memiliki hubungan yang berarti. Terlebih lagi mengenai perasaan.
Senarita masih terbengong di tempatnya tak kunjung beranjak. Wanita itu masih shock. Beberapa kali mengerjapkan mata dan mengambil napas hingga dalam, demi mengembalikan akal dan juga kesadarannya. Setelah dirasa gemuruh di dalam dadanya sudah mereda, baru wanita itu bangkit dari tempatnya. Lalu menatap ke arah Reino yang kini kembali duduk di sampingnya sembari membuka bungkus makanan yang sengaja ia beli untuk makan siang Senarita.
“Apa kita sering melakukan ciuman?” pertanyaan polo situ lolos begitu saja dari mulut wanita dengan wajah polosnya menatap Reino.
Sampai-sampai hal itu membuat Reino tersedak ludahnya sendiri. Pertanyaan yang tidak pernah terbayangkan oleh Reino sebelumnya. Terlebih lagi, di saat dirinya menoleh ke samping. Raut muka wanita itu begitu polos hingga ingin Reino terkam sungguhan.
“Ah, itu….” Reino menggaruk kepalanya, bingung mau menjawab seperti apa. Karena pada nyatanya ini pertama kali yang mereka lakukan. Mau menjawab belum pernah pun, juga akan terdengar begitu janggal. Secara status mereka saat ini ialah sepasang tunangan. Mau menjawab sudah sering pun juga, ia tidak mau merendahkan harga diri wanita yang justru sebaliknya jika ingatannya kembali, sudah pasti akan menampar dirinya langsung. Mengingat di pertemuan pertama mereka yang begitu membekas, tapi juga terbilang tidak baik.
Tidak sabar mendengar jawaban Reino, Senarita semakin menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan tunangannya tersebut. Menatapnya dalam, seolah menuntut jawaban yang pasti dari Reino. Ia masih begitu penasaran, dengan hal yang Senarita rasa masih baru.
“Mas,” panggilnya dengan suara yang begitu lembut. Terdengar begitu merdu di telinga Reino. Lebih-lebih lagi ketika melihat bibir Senarita sedekat ini.
“Hanya sesekali saja,” Reino terpaksa berbohong dan mencari amannya saja.
Senarita mengernyitkan keningnya, seolah sangsi dengan apa yang dikatakan oleh Reino baru saja. Tidak mungkin hanya sesekali saja. Tetapi jika dirasa, dirinya masih asing dengan hal yang seperti barusan.
“Kenapa?” tanya Reino di saat tidak mendengar sahutan dari Senarita dan malah wanita itu semakin mendekatkan wajahnya ke arahnya.
“Aku begitu penasaran dan hanya ingin memastikannya saja,” sahutnya cepat yang kemudian apa yang Senarita lakukan lagi dan lagi diluar pemikiran Reino.
Senarita dengan berani menempelkan bibirnya kembali pada bibir Reino. Ingin memastikan kembali perasaannya terhadap pria ini. Meskipun tidak ada bayangan pria ini sama sekali di dalam ingatannya, setidaknya jika memang mereka berdua memiliki rasa yang lebih, maka tetap akan bisa menggetarkan hatinya. Hanya itu yang Senarita ingin pastikan.
Namun, rupanya cara yang Senarita pilih justru membawanya ke sebuah peristiwa di mana dirinya akan benar-benar terjerat oleh pria yang belum sama sekali ia kenal memiliki kepribadian yang seperti apa.
Di saat Senarita tidak merasakan apapun ketika menempelkan bibirnya ke bibir Reino sedikit lebih lama, lantas wanita itu menarik kembali wajahnya. Karena tetap saja tidak ada rasa yang mampu menggetarkan hatinya. Akan tetapi, tangan Reino justru menahan tengkuk kepalanya semakin dalam sehingga Senarita tidak bisa lepas lagi.
Reino sudah menahan hasratnya pada Senarita, namun wanita itu seolah tengah menguji kesabaran dirinya dengan cara mencium dirinya terlebih dulu. Meskipun itu tidak bisa dikatakan dengan mencium, karena Senarita hanya saling menempelkan bibir mereka saja. Tidak lebih. Akan tetapi Reino tidak puas sampai di situ saja. Pria yang sudah menahan hasratnya sedari tadi itu tidak akan melepas kesempatan yang begitu langka. Maka dari itu, kini Reino menerobos masuk pertahanan Senarita yang lengah.
Mencecap setiap isi yang ada di dalam sana, semakin memperdalam dirinya dan tangannya pun semakin menekan kepala Senarita. Tidak membiarkan wanita yang kini memukul-mukul dadanya tersebut kabur. Reino tidak memperdulikan penolakan serta pemberontakan yang dilakukan oleh Senarita, sampai wanita itu bersikap tenang dan mengikuti permainan lidahnya.
Cukup lama mereka dalam posisi seperti itu, hingga Senarita merasakan pasokan oksigen di paru-parunya hampir habis. Ia memukul d**a Reino berulang kali hingga pria itu sadar dengan keadaan Senarita yang ternyata memang belum mahir melakukan ciuman yang terlalu dalam. Lantas pria itu melepas pagutan mereka lalu tersenyum menatap wajah Senarita yang tampak begitu menggemaskan di matanya. Tangannya terangkat demi mengusap bibir Senarita yang basah akibat ulahnya.
“Maaf,” ucap Reino. Senyuman di bibirnya tak urung pudar.
Sedangkan Senarita menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Niatannya hanya ingin memastikannya saja, tetapi malah berubah menjadi sebuah ciuman yang ia sendiri tidak yakin kalau pernah melakukannya. Bahkan sampai membuat dirinya tersengal karena tidak bisa menghirup oksigen dengan benar.
“Aku hanya ingin memastikannya saja, tapi kenapa Mas malah memperdalamnya.” Kesal Senarita kembali memukul bahu Reino. Akan tetapi tidak berani menatap wajah pria itu. Dirinya cukup malu akan hal itu saat ini.
Reino terkekeh, mengingat cara berciuman Senarita yang tidak mahir. Apa jangan-jangan ini ciuman pertamanya? Tak kusangka, cewek jutek ini belum pernah ciuman. Padahal sebelumnya kita dipertemukan di saat kita sama-sama patah hati. Apa itu artinya kekasihnya tidak menyentuhnya sama sekali? Meskipun hanya sebuah ciuman saja? Tanya Reino di dalam hatinya. Berusaha menebak pengalaman Senarita. Sungguh beruntungnya dirinya jika benar yang barusan itu merupakan ciuman pertama wanita paling jutek yang pernah Reino temui. Namun itu semua sebelum Senarita mengalami kecelakaan dan hilang ingatan.
Tangan kekar Reino meraih tangan Senarita yang masih memukuli dadanya, untuk kemudian ia tarik hingga wanita itu jatuh ke dalam dekapannya.
“Maafkan aku, Sayang. Aku hanya tidak tahan melihat bibirmu yang begitu menggoda,” kekeh Reino sembari memeluk Senarita begitu erat.
Entah mengapa hanya beberapa hari saja bersama Senarita, Reino merasa tidak ingin melepas wanita ini dan akan membuatnya jatuh cinta pada dirinya. dinilainya Senarita bersikap sangat natural, meskipun ia tahu jika ingatan wanita itu kembali, maka yang terjadi justru sebaliknya. Mengingat sifat Senarita yang sangat jutek dan tidak tersentuh. Sebelum itu terjadi, maka Reino harus sudah berhasil menarik hati Senarita dan kalau bisa sudah mengikat wanita itu dengan ikatan yang tidak bisa dilepas dengan begitu mudahnya.
Senarita mengangkat wajahnya, guna menatap wajah pria yang menjadi tunangannya. Ada sesuatu yang janggal lagi menurut wanita yang kini mempunyai rasa keingintahuan yang begitu tinggi.
“Tapi kenapa aku tidak bisa melakukannya, jika kita sebelumnya sudah pernah melakukannya, Mas?” tanya Senarita. Wajahnya memerah, sebenarnya ia sangat malu menanyakan hal yang sangat konyol barusan. Namun, mau bagaimana lagi. Rasa ingin tahunya lebih besar daripada rasa malunya.
Sekali lagi, Reino dibuat gemas oleh sikap Senarita yang menurutnya begitu polos. Lantas, pria itu menangkup kedua sisi wajah Senarita yang polos tanpa adanya polesan make up di sana. Jika dilihat dengan jelas, sesungguhya Senarita begitu cantik dengan keadaan polos seperti ini, disbanding ketika memakai make up seperti mantannya. Sampai-sampai membutuhkan waktu berjam jam hanya untuk merias wajahnya.
“Kan aku sudah bilang, kalau kita melakukannya hanya beberapa kali saja,” jelas Reino tidak mau membuat Senarita berpikiran jika dirinya tengah berbohong. “Atau kalau kamu mau, aku bisa mengajarimu lebih intens dari sekarang. Gimana?” tanya Reino sembari memainkan alisnya. Menggoda tunangan dadakannya, sampai membuat wajah Senarita kembali memerah.
“Apa-an, sih!” kesal Senarita. “Ya udah, Mas kerja lagi sana. Katanya tadi sibuk banget,” usir Senarita dengan cara yang begitu halus. Bahaya untuk jantungnya jika Reino berada di dekatnya terlalu lama. Meskipun tidak merasakan sesuatu seperti yang ada dipikirannya, akan tetapi ia cukup dibuat tegang dan gugup oleh pria yang saat ini malah mendekap dirinya.
Setelah puas mendekap Senarita, Reino melepas dekapannya untuk kemudian berdiri dan diikuti oleh Senarita. “Ya sudah, kalau begitu aku kerja lagi. Kamu baik-baik saja di rumah, ya? Enggak usah memasak jika memang tidak bisa. Tapi dulu kamu sangat suka sekali berkutat di dapur dan masakan yang kamu buat selalu enak,” bohong Reino supaya Senarita belajar memasak jika memang tidak bisa. Berharap dengan kegiatan wanita itu di dapur, akan mengusir rasa bosan dia dalam menunggu kepulangan dirinya setiap hari.
“Kamu yakin aku bisa masak, dulu?” tanya Senarita seolah sangsi dengan apa yang diucapkan oleh tunangannya tersebut. Reino mengangguk sebagai jawaban, membuat Senarita semakin bersemangat untuk menggali bakatnya yang terlupakan karena kecelakaan yang menimpa dirinya beberapa minggu lalu. “Kalau begitu aku akan coba untuk belajar lagi, Mas,” ucapnya begitu penuh semangat.
Setelah itu Reino segera ppamit, karena Arga yang sedang berjada di depan rumahnya sudah memanggil dirinya untuk segera menuju ke tempat selanjutnya. Karena agenda hari ini cukup padat, Reino menyuruh Senarita untuk tidak menunggu kepulangannya dan ia juga mewanti-wanti Senarita agar tidak keluar rumah satu langkah pun dari pintu. Ia juga sudah mengganti password pintu rumahnya. Tentu saja Senarita juga mengetahuinya.
Wanita itu tampak begitu patuh dan hanya mengiyakan semua ucapan serta larangan yang Reino katakan pada dirinya. Sampai-sampai membuat Reino mengernyit heran. Takut-takut jika wanita yang ia tolong ini mempunyai niatan yang lain.
“Berikan pengawasan penuh pada Senarita. Tempatkan orang yang paling terpercaya di sekitarnya untuk menjaga dia sementara aku tidak ada,” titah Reino pada Arga yang kini fokus pada arah jalan di depannya. Pria yang memiliki wajah khas orang Asia itu mengangguk paham lalu melajukan mobilnya menuju lokasi pembangunan hotel yang sedang berlangsung saat ini.
***
Di tempat lain, tampak seorang pria yang terlihat begitu uring-uringan. Karena tidak menemukan data orang yang dia cari selama beberapa minggu ini. Di rumah sakit maupun di kantor polisi, pria bertubuh tinggi namun tidak terlalu kekar itu tidak menemukan satu petunjuk pun yang mengatakan keberadaan mantan kekasihnya. Meskipun itu hanya mayatnya. Taega tidak menemukannya.
Bukan karena perasaan bersalah atau menyesal karena telah melakukan hal yang tidak patut dilakukan tersebut, melainkan pria itu mempunyai segudang rencana untuk mantan kekasihnya yang dengan sengaja ia khianati dan lebih memilih w************n seperti Navyana.
“Bagaimana, Honey? Apa kamu sudah menemukan wanita munafik itu?” tanya wanita cantik dengan riasan wajah yangbbegitu menor, serta pakaiannya yang terlihat begitu menyesakkan mata. Sampai-sampai dua benda kenyal itu seperti tidak nyaman dikurung seperti itu dan ingin keluar saja.
“Tidak ada jejak sama sekali yang menyatakan Sena hidup atau sudah mati. Bahkan para anak buahku saja tidak bisa menemukan dia, selain mobil yang ada di tempat kejadian dan sudah ditangani oleh polisi,” ucap Taega. Matanya memancarkan sebuah kebencian dan dendam. Karena perlakuan mantan kekasihnya itu, kini dirinya tidak mempunyai pekerjaan yang tetap. Melamar di perusahaan lain pun tidak semuah yang dibayangkan.
“Rupanya wanita itu pintar sekali, Honey. Nyatanya dia berhasil kabur dari maut yang sudah kita susun dengan begitu rapi. Bahkan pihak kepolisian saja tidak bisa menemukan apa penyebab dan siapa pelaku dari semua kejadian yang menimpa Sena,” decak Navyana yang juga sangat membenci Senarita. Dengan Taega yang tidak bekerja lagi, membuat kesenangan dirinya yang selama ini ia lakukan pun juga terhambat.
“Aku tetap tidak akan membiarkan dia lolos begitu saja. Karena aku tidak mau kehilangan ATM-ku,” ucap Taega dengan tidak tahu malunya yang masih mengincar Senarita hanya untuk ia jadikan uang berjalan dan memenuhi kebutuhan dirinya dan juga kekasihnya yang sekarang. Navyana tersenyum penuh senang, dengan begitu dirinya tidak perlu menanggalkan kehidupan glamournya selama ini dari uang Senarita melalui Taega. Pria b******k yang tidak punya malu sama sekali. Terlebih lagi mereka seperti pasangan iblis.